Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
BMKG: Dampak Perubahan Iklim Global Nyata Bagi Indonesia
Senin, 1 Februari 2021 08:13 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Masyarakat harus lebih waspada menghadapi perubahan iklim global yang berdampak pada cuaca ekstrem di Indonesia.
Berdasarkan data historis yang dihimpun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) La Nina terjadi sejak 1950, diikuti El Nino pada 1951 dan seterusnya terjadi berulang.
"Saat ini semakin sering terjadi cuaca ekstrem, seperti kekeringan panjang akibat dampak El Nino dan musim hujan basah yang panjang dampak La Nina. Ini menunjukkan bahwa perubahan iklim global itu nyata," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati dikutip Antara, Minggu (31/1).
Dwikorita membeberkan, fenomena El Nino dan La Nina terjadi sejak 1950 diikuti El Nino pada 1951 dan seterusnya terjadi berulang.
Fenomena tersebut, mengalami periode ulang antara 5-7 tahun pada 1950-1980, namun setelah 1981-2019 periode ulang La Nina dan El Nino semakin pendek menjadi 2-3 tahun.
Baca juga : Merawat Kulit Dengan Bahan Alami Di Masa Pandemi
Data dan fakta tersebut, menunjukkan bahwa kejadian ekstrem seiring dengan peningkatan temperatur udara dan berkorelasi dengan peningkatan intensitas hujan selama 30 tahun terakhir, serta semakin pendeknya periode ulang La Nina dan El Nino.
2020, Tahun Terpanas
Deputi Klimatologi BMKG, Herizal menjelaskan, BMKG mencatat perubahan iklim jangka panjang telah terjadi di Indonesia dengan beberapa indikator, antara lain tren konsentrasi gas rumah kaca (GRK) yang diukur di udara bersih Indonesia pada Stasiun Pemantau Atmosfer Global di Bukit Kototabang.
Pantauan tersebut, menunjukkan laju peningkatan konsentrasi karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrous oksida (N2O), dan sulfur heksafluorida (SF6) berturut-turut sebesar 1,6 ppm per tahun, 0,089 ppm per tahun, 0,012 ppm/tahun, dan 0,000004 ppm per tahun.
Hasil pengukuran CO2 pada Stasiun GAW BMKG Bukit Kototabang menunjukkan tren peningkatan CO2 yang sama dengan Stasiun GAW lainnya di dunia, seperti di Mauna Loa, Hawaii dan Baring Head, Selandia Baru.
Baca juga : Ajinomoto Bantu Permasalah Gizi di Indonesia
Awal pengukuran GRK background di Indonesia, pada 2004, konsentrasi CO2 di Stasiun GAW BMKG Bukit Kototabang adalah 372 ppm (baseline).
Selanjutnya, hasil pengukuran pada akhir Oktober 2020, konsentrasi CO2 di GAW Bukit Kototabang meningkat menjadi 408 ppm, sementara rerata global adalah 415 ppm.
Sementara itu, analisis perubahan suhu udara rata-rata untuk seluruh wilayah Indonesia selama 71 tahun terakhir (1948-2019) menunjukkan laju peningkatan suhu sebesar 0,03 derajat celcius per tahun.
Berdasarkan data dari 91 stasiun pengamatan BMKG, suhu udara rata-rata tahun 2020 adalah 27,3 derajat Celcius, lebih panas dibanding normal suhu udara rata-rata periode 1981-2010, yaitu 26,6 derajat Celcius.
Menurut data BMKG, tahun 2020 merupakan tahun terpanas kedua setelah tahun 2016 dengan anomali +0,8 derajat Celcius, melampaui 2019 (anomali + 0,6 derajat Celcius).
Baca juga : Perbaikan Di Sektor Hulu Tentukan Kualitas Literasi Indonesia
Kondisi ini mirip dengan perubahan suhu global sebagaimana dilaporkan World Meteorological Organization (WMO) pada awal Desember 2020.
Analisis terhadap frekuensi hujan lebat dengan curah hujan lebih dari 50 mm per hari menunjukkan kecenderungan tren meningkat dan semakin sering terjadi di banyak wilayah.
Hal itu terindikasikan dari data-data dalam 40 tahun terakhir, seperti di Jakarta, Surabaya, Mataram-Lombok, Ujung Pandang, Jayapura, Biak, Lhokseumawe, dan Medan. [FIK]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya