Dark/Light Mode

Perbaikan Di Sektor Hulu Tentukan Kualitas Literasi Indonesia

Rabu, 27 Januari 2021 01:38 WIB
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (Foto: Dok. Perpusnas)
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pada 2018 dan 2019, World Development Report Bank Dunia mengukur empat parameter global untuk mengetahui kualitas dan daya saing sumber daya manusia. Keempat parameter itu memperlihatkan sumber daya manusia Indonesia pada posisi mengkhawatirkan. Salah satunya, rendahnya budaya baca. Persoalan hulu yang menyebabkan rendahnya budaya baca kini menjadi fokus Perpustakaan Nasional (Perpusnas) di 2021.

Pada 2018, Human Development Index menempatkan Indonesia pada posisi 116 dari 146 negara di dunia (0,694). Hanya naik 3 poin dari sebelumnya 0,691 pada 2017. Pada 2019, peringkat Global Innovation Index 4.0 menempatkan Indonesia pada peringkat 85 dunia (29,72), di bawah Filipina meskipun di atas Kamboja.

Kemudian, di 2018, Human Capital Index memberi nilai Indonesia 0,535, di bawah Vietnam, Thailand, dan Filipina, meski masih unggul di atas India, Kamboja, dan Laos. Selanjutnya, pada Global Competitiveness Index 4.0 tahun 2019, Indonesia berada di posisi 50 dari 113 negara yang di survei. Angka global competitiveness Indonesia pada 2019 justru mengalami penurunan 3 poin menjadi 64,6 dari semula 64,9. Secara umum, bisa dikatakan kalau kualitas dan daya saing SDM Indonesia masih tertinggal dari negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Baca juga : Ini, Harapan Wapres Pada Bank Syariah Indonesia

"Data tersebut adalah fakta. Rendahnya budaya baca mengakibatkan rendahnya literasi. Padahal, literasi merupakan kunci untuk berdaya saing," ujar Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando, dalam kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) dan penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) dengan Pemprov Riau, Pemkot Pekanbaru, dan 15 perguruan tinggi se-Riau, di Universitas Lancang Kuning, Selasa, (26/1).

Perbaikan sisi hulu, lanjutnya, akan menaikkan angka literasi di masyarakat (sisi hilir) secara nasional. Perbaikan sisi hulu yang dimaksud adalah regulasi pemerintah, dukungan dana, distribusi bahan bacaan yang merata, hingga pemenuhan kebutuhan koleksi yang sesuai kebutuhan masyarakat.

"Berhenti mengeluh untuk masyarakat yang termarjinalkan. Cita-cita para pemimpin dunia selalu sama, yakni mengantarkan masyarakat sejahtera. Tugas kita saat ini adalah memastikan sisi hulu berperan optimal dan berfungsi baik. Memastikan kebutuhan bahan bacaan bagi 270 juta penduduk terpenuhi, minimal sesuai standar UNESCO," lanjut Syarif.

Baca juga : Signify Perkenalkan 3D Untuk Luminer di Indonesia

Idealnya, dengan alokasi pendidikan sebesar 20 persen dari APBN, persoalan bahan bacaan bisa teratasi bertahap. Mencari buku identik dengan mencari ilmu pengetahuan. Dan kampus merupakan salah satu institusi yang diharapkan bisa menjadi ujung tombak dalam upaya memenuhi ilmu pengetahuan yang sesuai kebutuhan masyarakat.

Pelaksana Harian Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Riau Masrul Kasni mengharapkan, kegiatan PILM dan MoU ini jadi momentum kebangkitan literasi di Riau. Menurutnya, perpustakaan adalah tempat pembelajaran dan kemitraan masyarakat yang dikelola secara profesional untuk keadilan masyarakat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Revolusi Industri 4.0 merupakan hasil proses gabungan otomatisasi dan siber yang mendorong lahirnya perpustakaan modern.

"Bangsa yang maju bukan soal sumber daya alam yang melimpah tetapi yang mambu memberdayakan masyarakat untuk melek literasi. Perpustakaan memainkan peran penting menciptakan masyarakat berkualitas. Ekosistem pengetahuan di perpustakaan membentuk fondasi yang kokoh bagi kelangsungan peradaban," ujarnya.

Baca juga : Strategi Di Hulu Tentukan Pengendalian Virus Corona

Literasi di era saat ini tidak hanya bicara kemampuan membaca dan menulis. Derasnya informasi yang beredar di masyarakat tidak menjamin kepintaran seseorang. Karena itu, ukuran literasi terletak pada kepahaman dan kedalaman pengetahuan yang dimiliki.

"Ikhtiar perbaikan di hulu harus cepat. Tidak bisa perpustakaan bergerak sendiri. Harus sinergitas. Jika literasi berhasil dinaikkan, maka prediksi Komite Ekonomi Nasional (KEN) pada 2012 bahwa Indonesia akan berpeluang menjadi salah satu dari enam negara maju yang diperhitungkan bisa terwujud," ucap Wali Kota Pekanbaru Firdaus. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.