Dark/Light Mode

Jelang HBKN, Kementan Pantau Kondisi Luas Tanam Cabe Di Garut

Sabtu, 20 Maret 2021 20:15 WIB
Dirjen Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto (kiri)/Ist
Dirjen Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto (kiri)/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Menjelang bulan Ramadan, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto memantau kondisi riil pertanaman cabe di Kabupaten Garut sebagai sentra cabe  terbesar nasional, Rabu (17/3).

Secara nasional, Kabupaten Garut memberikan share produksi terbesar pertama untuk cabe besar dan terbesar ke-7 untuk cabe rawit.

Selain potensi lahannya yang luas, produktivitas cabenya juga cukup tinggi. Untuk cabe besar, produktivitasnya mencapai 15,25 ton/ha, sementara untuk cabe rawit mencapai 14,24 ton/ha. 

“Oleh karena itu, pemerintah berharap Kabupaten Garut mampu menjadi peyangga pasokan cabe untuk Jabodetabek,” katanya.

Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), kunjungan kerja ke Kabupaten Garut ini bertujuan memastikan ketersediaan cabe cukup. Khususnya saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) seperti Ramadan dan Idul Fitri. 

Pria yang akrab disapa Anton tersebut mengunjungi sentra produksi cabe di Kecamatan Samara dan Banyuresmi, serta berkunjung ke sentra pembibitan cabe di Kecamatan Pasirwangi. 

Baca juga : Didampingi Bos KAI, Menhub Pantau Vaksinasi Pekerja Transportasi Di Gambir

Luas tanam cabe di kedua Kecamatan tersebut kurang lebih 670 hektare, dengan cabe rawit seluas 230 hektare dan cabe besar seluas 440 hektare. Kedua lahan tersebut diprediksi akan memasuki puncak panen Mei mendatang. 

"Berdasarkan prediksi tersebut, saya pikir kebutuhan cabe pada Ramadan dan Idul Fitri tahun ini dapat tercukupi," ujar Anton.

Anton juga mengatakan, tingginya harga cabe yang terjadi saat ini akibat dari kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di awal pandemi Covid-19 sehingga petani merugi, kehabisan modal dan akhirnya mengurangi luas tanamnya. 

Namun demikian, Ditjen Hortikultura terus mendorong produktivitas petani dengan memberikan bantuan saprodi dan pengendalian OPT. 

"Meski harga tinggi, pemerintah tidak melakukan impor cabe segar. Seratus persen kebutuhan cabe segar di Indonesia dipenuhi dari produksi dalam negeri," jelasnya.

Hal yang sama juga disampaikan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Benny Yoga. Ia mengatakan, untuk Ramadan dan Idul Fitri diprediksi pasokan aman serta harga cabe tidak setinggi saat ini.

Baca juga : Kementerian PUPR: Kualitas Bangunan Rumah Harus Dijamin

Pihaknya sudah membuat sistem zonasi pertanaman cabe. Untuk pengamanan pasokan untuk menjaga ketersediaan di bulan Ramadan dan Idul Fitri berasal dari pertanaman di Garut Tengah dan Garut Utara.

Sementara, untuk Natal dan Tahun baru berasal dari Garut Selatan. Potensi luas panen cabe di Garut mencapai 5.500 - 6.400 hektare per tahun.

"Dengan potensi tersebut, kami siap menjadi penyangga Jakarta," tegas Benny.

Tak hanya Benny, Sumarna yang tidak lain adalah Champion Cabe di Kabupaten Garut turut membenarkan hal tersebut. 

Ia mengatakan, harga cabe pada Ramadan nanti akan turun. Harga cabe rawit di tingkat petani diprediksi maksimal Rp 50 ribu per kilogram. 

Marna menambahkan, selain Kecamatan Banyuresmi dan Samara, Kecamatan Cibiuk juga akan panen cabe rawit seluas 150 hektare. Begitu pula daerah sentra lainnya seperti Sumedang dan Bandung juga mulai panen Ramadan mendatang. 

Baca juga : Menko Polhukam Ingatkan Pentingnya Koordinasi Satu Atap Keamanan Laut

"Saat ini kami suplai aneka cabe ke Pasar Induk Kramat Jati Jakarta dan Jakabaring Palembang hanya 3 ton per hari. Tapi pada saat panen raya nanti tidak kurang dari 10 ton cabe rawit dan 30 ton cabe keriting," ujar Marna.

Pada 2021, Ditjen Hortikultura akan mengembangkan cabe melalui program kampung cabe. Ke depannya, kampung cabe tersebut akan difasilitasi mulai dari sarana persemaian sampai dengan pemasaran.

Sentuhan teknologi juga akan digunakan pada proses persemaian benih agar lebih efisien dari segi waktu, sehingga pertanaman bisa dilakukan lebih cepat.

Selain itu, Ditjen Hortikultura juga mendorong peggunaan benih ke arah hibrida. Namun jika petani lebih memilih dengan benih lokal, maka harus dapat melakukan seleksi benih dari tanaman yang sehat sehingga tidak membawa penyakit pada tanaman berikutnya dan produktivitasnya tetap tinggi. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.