Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Direktur Serealia, Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan), Bambang Sugiarto membantah keras hasil analisis yang menyebutkan bahwa kondisi perberasan selama pemerintahan Jokowi-JK. Menurutnya, analisis yang dangkal jika kinerja subsektor tanaman pangan hanya dilihat dari data PDB tanaman pangan 2015 hingga 2018.
Bambang menegaskan, kondisi perberasan Indonesia lima tahun ke depan tetap tersedia. Bahkan, beras selalu tersedia lebih dari cukup sepanjang waktu.
"Jangan hanya lihat data PDB tanaman pangan 2015-2018. Tengoklah data historis jangka panjang, minimal lihat data 2010-2014. Coba lihat data 2011, produksi tidak cukup sehingga pertumbuhan PBD tanaman pangan 2011 itu minus 1,00 persen. Terus, pada tahun 2014 hanya tumbuh 0,06 persen," ujar Bambang, di Jakarta, Minggu (5/5).
Baca juga : Konser Indonesia Raya Pecahkan Rekor Dunia
Selanjutnya, kata Bambang, pada era pemerintahan sekarang, sejak 2015, dilakukan program besar-besaran rehabilitasi jaringan irigasi 3,5 juta hektar, mekanisasi 460 ribu unit, asuransi usaha tani, dan lainnya. Hasilnya, produksi naik tinggi. PDB tumbuh positif. Berturut-turut, PDB tanaman pangan 2015 tumbuh 4,32 persen, 2016 tumbuh 2,57 persen.
"Terus, untuk PDB tanaman pangan 2018 itu 1,48 persen. Karena BPS telah menggunakan metode baru menghitung angka produksi padi metode Kerangka Sampling Area (KSA) yang berimbas pada angka pertumbuhan PDB-nya," tuturnya.
"Jadi tolong analisisnya agar lebih komprehenship dengan mencermati perubahan angka-angka dengan memperhatikan adanya perubahan metode pengukuran di BPS," tegas Bambang.
Baca juga : Jokowi Berharap Hubungan Indonesia-Jepang Makin Erat
Berkaitan dengan impor beras, Bambang menjelaskan, yang dilakukan pada 2015 jumlahnya sedikit dan sebagian meluncur ke 2016 karena terjadi El-Nino paling parah sepanjang sejarah dan 2016 terjadi La-Nina. Bandingkan dengan impor beras 1997-1998, jumlahnya hampir 12 juta ton walau El-Nino tidak lebih parah dari 2015.
"Lihat, di 2016-2017 tidak ada impor beras konsumsi, tapi menir untuk kebutuhan industri dan lainnya. Impor 2018 itu hanya untuk jaga-jaga dan sampai sekarang belum dipakai, masih tersimpan di gudang," jelasnya.
Oleh karena itu, Bambang menyarankan agar para peneliti tidak hanya lihat angka-angka saja. Tapi dalami apa yang terjadi di balik angka itu. Dia pun memastikan, pasokan beras nasional akan selalu mencukupi.
Baca juga : Pamitan Di Acara Kings Day
"Jangan khawatir, padi tetap menjadi program prioritas nasional dan produksi beras dijamin lebih dari cukup. Bahkan sekarang siap siap ekspor," pungkas Bambang. [KAL]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya