Dark/Light Mode

Mampu Hasilkan Laba Berulang Kali, Kementan Dorong Pertanaman Kapulaga

Sabtu, 25 September 2021 13:39 WIB
Proses pengeringan Kapulaga/Ist
Proses pengeringan Kapulaga/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendorong jajarannya menghasilkan produksi hortikultura unggul dan berdaya saing. Salah satunya komoditas kapulaga. 

Tanaman obat asli Indonesia ini dibudidayakan secara komersial maupun di pekarangan masyarakat.

Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto menyampaikan, sebagai bentuk upaya meningkatkan daya saing produk hortikultura, tim Direktorat Jenderal Hortikultura konsisten menyelenggarakan bimbingan teknis (bimtek) untuk meningkatkan kompetensi petugas dan petani di lapangan, dan kali ini dengan topik tanaman obat.

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Tommy Nugraha mengungkapkan, kapulaga memiliki prospek luar biasa. Terlebih pada kondisi pandemi seperti ini, kapulaga banyak dimanfaatkan sebagai tanaman obat peningkat imun.

Kapulaga adalah tanaman yang diam-diam menghanyutkan. Jarang sekali terdengar pemberitaannya di televisi maupun informasi di lapangan. Namun, prospeknya luar biasa. Apalagi saat pandemi, kapulaga bermanfaat sebagai tanaman obat meningkatkan imun,” jelas Tommy.

Tommy mengatakan, ekspor kapulaga dalam kurun 2018 hingga 2020 mengalami peningkatan luar biasa. Ini menunjukkan komoditas itu memiliki prospek luar biasa, baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor. Belakangan ini, banyak sekali pelaku usaha memakai kapulaga sebagai bahan baku industri.

Baca juga : Akademisi: Tidak Naikkan CHT Bentuk Dukungan Nyata Pemerintah Terhadap Petani

Beberapa negara tujuan ekspor, antara lain Singapura, Malaysia, Taiwan dan Jepang. Pasar luar negeri masih terbuka lebar karena tidak banyak negara yang memproduksi kapulaga.

“Diharapkan kapulaga lebih banyak diminati masyarakat. Pemerintah, petani dan pelaku usaha bisa saling berdiskusi sekaligus memberikan ide dan gagasan agar pengembangannya lebih besar lagi,” tambah Tommy.

Peneliti Ahli Madya di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Chevy Syukur mengatakan, dalam kegiatan berbudidaya ada 3 tiga faktor yang harus diperhatikan. Yakni benih, pelaksanaan teknis budidaya dan proses pascapanen. Ketiga faktor inilah yang akan menentukan hasil akhir produk yang dibudidayakan.

Untuk budidaya kapulaga, Chevy mengatakan, sangat dianjurkan untuk melakukan penyiapan lahan dengan cara yang dapat memperbaiki dan memelihara struktur tanah serta dapat menekan laju erosi.

“Tanaman kapulaga ini sangat tidak menginginkan genangan air di permukaan yang menyebabkan pembusukan bunga-bunga yang akan tumbuh di permukaan sekitar tanaman,” terang Chevy.

Menurut dia, di sekitar tanaman kapulaga diperlukan tanaman naungan seperti pisang, albasia, mahoni, manggis, karet dan lain-lain sebanyak 30 persen. 

Baca juga : Incumbent Dan Jaro Ade Calon Kuat Bupati Bogor

Kemudian, salah satu syarat tumbuh tanaman kapulaga lahan memiliki ketinggian 300-800 m dpl dengan suhu 20-30 derajat Celcius.

Panen kapulaga yang pertama dilakukan saat tanaman berumur tujuh bulan. Panen kapulaga dapat dilakukan rutin dan berkala sampai tanaman tidak produktif lagi, yaitu pada umur 5 hingga 6 tahun.

Keuntungan budidaya kapulaga telah dirasakan Direktur PT Kapolaga Berkah Pangandaran, Kunkun Herwanto. 

Kunkun menuturkan, pengembangan kapulaga di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Barat ini tidak terganggu dengan kondisi pandemi. Bahkan, harga kapulaga sempat tembus Rp 340.000 per kilogram.

Alasan memilih tanaman kapulaga sebagai komoditas yang dikembangan, karena biaya produksinya sangat rendah. Untuk modal awal bertanam luasan 1 hektare dibutuhkan Rp 38 juta. 

Panen basah 10 ribu kg dikalikan harga Rp 10 ribu per kg menghasilkan Rp 100 juta, sehingga apabila dikurangi modal maka perolehan laba senilai Rp 61 juta. 

Baca juga : Pemerintah Tegaskan Tim Agraria Percepat Selesaikan Konflik Pertanahan

Sementara, untuk panen kering menghasilkan 2.500 kg apabila dihargai Rp 90 ribu per kg, bisa mencapai keuntungan kotor Rp 225 juta. “Apabila dikurangi modal maka keuntungan normal bisa mencapai Rp 185 juta,” terang Kunkun.

Selain bernilai ekonomi tinggi, tanaman ini tidak mengganggu tanaman lain. Pasalnya, kapulaga bukan tanaman monokultur, sehingga sangat cocok dikembangkan sebagai tanaman tumpang sari. 

“Kapulaga juga tidak sekali panen. Panen bisa beberapa kali sehingga keuntungannya jangka panjang,” pungkas Kunkun. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.