Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Literasi Bangkitkan Kekuatan Generasi Milenial

Jumat, 5 November 2021 12:44 WIB
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Deni Kurniadi (Foto: Dok. Perpusnas)
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Deni Kurniadi (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Arus informasi tidak dapat dihindari dari kehidupan masyarakat. Perkembangannya bertambah pesat dan beragam. Kehadiran teknologi turut meningkatkan aktivitas masyarakat terhadap informasi. Untuk dapat beradaptasi dengan teknologi informasi, diperlukan kemampuan literasi informasi dan digital.

Masyarakat literasi merupakan pendukung efektif bagi berkembangnya budaya belajar. Itulah esensi lain dari perpustakaan yang tidak sekadar berfungsi sebagai pusat pembelajaran, tetapi juga menjadi agen perubahan (agent of change) bagi masyarakat. Keberadaan perpustakaan sangat diharapkan untuk dapat berperan sebagai mitra kolaborasi pengembangan modernisasi masyarakat.

Namun, kondisi semacam tersebut hanya bisa ditemui ketika masyarakat memiliki budaya literasi yang kuat. Dalam perspektif itulah, perpustakaan berperan sebagai institusi pelopor gerakan literasi.

Baca juga : Rupiah Bangkit Di Tengah Tekanan Tapering The Fed

“Bangsa dengan kemampuan literasi yang tinggi adalah bangsa yang menjadikan perpustakaan sebagai institusi terpenting yang mempunyai peran sentral dalam membangun literate society. Dalam konteks ini, perpustakaan harus dijadikan wahana pembelajaran bersama untuk mengembangkan potensi masyarakat,” terang Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Deni Kurniadi, pada Webinar Penguatan Budaya Literasi dalam Mendukung SDM Kompeten, Unggul, dan Produktif, Jumat (5/11).

Direktur Politeknik Internasional Bali Anastasia Sulistyawati turut menyuarakan pentingnya literasi untuk pengembangan kualitas bangsa. Indonesia diperkirakan mengalami bonus demografi pada 2030. Bonus demografi merupakan kondisi sumber daya manusia produktif (15-65 tahun) di suatu bangsa lebih mendominasi wajah penduduk. Di satu sisi, fenomena ini mengerek sejumlah keuntungan bagi perekonomian Indonesia. Namun, di sisi lain menghasilkan tantangan serius.

Duta Baca Indonesia (DBI) Gol A Gong mengutip hasil kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, bahwa ada dua tantangan serius yang mesti diselesaikan dalam menghadapi bonus demografi. Pertama, mayoritas masyarakat masih berpendidikan rendah. Tenaga kerja Indonesia sebagian besar hanya berlulusan sekolah menengah, bahkan ada yang lebih rendah sehingga berakibat pada produktivitas dan daya saing yang rendah juga.

Baca juga : FBS UNAS Hadirkan Cendikiawan Sastra Kelas Internasional

Kedua, mayoritas pendidikan dan keterampilan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan kebutuhan industri. Sehingga sulit untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas.

Hal ini makin diperkuat dengan pernyataan yang pernah disampaikan Menko Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) tahun 2019, berada pada nilai 51,5 (sangat rendah). IPP adalah tolok ukur capaian-capaian kepemudaan di bidang lima dasar, yakni pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan, lapangan dan kesempatan kerja, partisipasi dan kepepimpinan, serta gender dan diskriminasi.

“IPP Indonesia di level ASEAN berada di urutan ke-7. Secara global, kita menempati peringkat 138 dari 183 dunia, di bawah Myanmar dan Laos. Ini merupakan PR besar,” jelas Gol A Gong.

Baca juga : Wasit Jangan Jadi Pemain

Sementara itu, Miss Indonesia 2015 dan News Anchor SEA Today Maria Harfanti menyatakan, keberadaan internet sangat mempengaruhi segala aspek dalam kehidupan. Di balik kemudahan ada dampak bagi generasi muda, seperti mudah terisolasi karena belum paham batasan-batasan. Penggunaan internet dan perkembangan teknologi mengubah tuntutan zaman.

“Segala hal berlangsung cepat wajib untuk beradaptasi. Ini yang disebut dengan disrupsi. Disrupsi menuntut pengguna untuk melakukan perubahan sejalan dengan tuntutan teknologi. Apabila tidak beradaptasi maka akan tertinggal jauh,” ucap Maria.

Namun, Maria mengingatkan, penempatan pengetahuan literasi digital harus tepat dan bijak. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.