Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Pesan Imam Besar Istiqlal Ke ASN Kemenkumham: Penegakan Hukum Harus Dengan Jiwa Besar
Sabtu, 6 November 2021 11:44 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) merayakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, Sabtu (6/11). Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar hadir sebagai penceramah.
Dalam ceramahnya, Nasaruddin banyak menunjukkan talenta Nabi Muhammad yang layak ditiru. Tak hanya oleh umat Islam, tapi juga seluruh umat manusia. Di antaranya, menjadi penegak hukum dengan jiwa besar.
Nasaruddin menceritakan, pada zaman Nabi Muhammad, ada dua orang konglomerat Yahudi yang cemburu melihat pembangunan masjid di Madinah. Mereka berniat membangun sinagog (tempat ibadah kaum Yahudi) sebagai tandingan.
Lokasinya berada tepat di samping masjid yang tengah dibangun itu. Hal itu melahirkan pergolakan dan kemarahan di kalangan sahabat nabi. Para sahabat menilai tindakan itu sebagai provokasi.
Baca juga : Hermawan Sulistyo: Penyelesaian Konflik Di Papua Harus Dengan Hati
Mereka pun meminta agar pembangunan sinagog dihentikan. Tetapi orang Yahudi itu bergeming. Hal ini kemudian diadukan kepada Rasulullah.
“Nabi bertanya, siapa yang punya tanah (tempat sinagog dibangun) itu? Tanahnya mereka ya Rasulullah," ujar mantan Wakil Menteri Agama (Wamenag) itu.
Karena secara de facto dan de jure tanah memang milik kedua orang Yahudi itu, Rasulullah mempersilakan mereka melanjutkan pembangunan sinagog. "Kalau memang itu tanahnya, hak mereka untuk membangun apa saja," lanjut Nasaruddin.
Dengan kelembutannya, Nabi Muhammad bisa meredam kemarahan para sahabat. Sebaliknya, dengan keteladanan jiwa besar serta nilai-nilai ajarannya, orang Yahudi itu menjadi kagum.
Baca juga : Wapres Ke Menaker: Kembangkan Pendidikan Vokasi Di BLK Papua Barat
Pada akhirnya, karena tujuan pembangunan rumah ibadah (masjid dan sinagog) adalah sama, yaitu untuk meraih kebahagiaan, kedua orang Yahudi itu menghentikan upaya pembangunan sinagog. Malah, mereka menyerahkan lahannya kepada Nabi sebagai perluasan pembangunan masjid.
Kelembutan Nabi pada akhirnya membuat orang Yahudi itu luluh. Kondisi itu tidak akan terjadi jika kedua belah pihak saling ngotot. "Jiwa besar bisa mengalahkan ketegangan. Yahudinya berjiwa besar, Nabi Muhammad juga berjiwa besar," tuturnya.
Imam Besar itu juga menceritakan beragam kisah tentang bagaimana Nabi saat itu mampu menciptakan kesadaran hukum terhadap masyarakatnya. Sehingga, aparat hukum tidak perlu mengejar. Tetapi justru pelaku pelanggaran yang menyerahkan diri.
"Ini situasi yang disampaikan kepada kita bahwa Nabi berhasil membangun kesadaran hukum dalam masyarakat sampai pelaku pelanggar hukum itu datang untuk menyerahkan diri. Bukan sembunyi, bukan kabur, bukan lari," ungkapnya.
Baca juga : Lestari: Disiplin Prokes Harus Diawasi Ketat
Kisah Nabi itu memberikan pelajaran, bahwa kepastian dan kesadaran hukum sangat penting. Penegakan hukum tidak harus dengan cara kekerasan, tetapi dengan jiwa besar dan keteladanan.
Potensi kesadaran tersebut, menurut Rektor Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an itu, sangat mungkin terjadi di Indonesia.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya