Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Pemerintah Thailand tetap memulangkan ribuan pengungsi dari Myanmar. Negara Gajah Putih itu tidak ingin ambil risiko terhadap hubungan kedua negara.
Hari itu, Hay tampak berada di tenda keluarganya, yang berada di dekat Sungai Moei, yang jadi batas Myanmar-Thailand. Di tepi sungai itu, Hay dan keluarganya terjebak. Di satu sisi, ada negara yang tidak menginginkan mereka. Di sisi lain, jika kembali, mereka bisa jadi korban militer.
Baca juga : 5 Fungsi Puasa Yang Memerdekakan dan Mempersatukan
Seperti ribuan orang lainnya, wanita muda itu melarikan diri dari kekerasan yang terus terjadi pasca kudeta militer Myanmar 1 Februari 2021. Hay meninggalkan desanya, lalu pergi ke negara tetangga, Thailand. Dia berharap untuk mendapatkan tempat yang lebih aman.
Tapi, harapan Hay tidak menjadi kenyataan. Pemerintah Thailand memulangkannya, serta ribuan pengungsi Myanmar lainnya. Pemerintah Thailand memilih cara aman. Agar hubungan mereka dengan Junta Myanmar tidak terganggu.
Baca juga : Kunjungi Monumen KRI Nanggala 402, Wapres Panjatkan Doa
"Saya menangis saat disuruh pulang. Padahal, kami sudah menjelaskan alasan kami tidak bisa pulang," kata Hay, dilansir Associated Press, kemarin.
Aturan internasional soal pengungsi melarang otoritas suatu negara mengembalikan para pengungsi ke negara asal, dan berada dalam bahaya. Tapi, Thailand tetap melakukannya.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.