Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Eks Presiden Filipina Fidel Ramos Wafat, Kebaikannya Dikenang

Senin, 1 Agustus 2022 08:27 WIB
Presiden Filipina (1992-1998) Fidel Valdez Ramos. (Foto Inquirer.Net)
Presiden Filipina (1992-1998) Fidel Valdez Ramos. (Foto Inquirer.Net)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kabar duka datang dari Filipina. Mantan Presiden Filipina Fidel Ramos meninggal dunia di usia 94 tahun.

"Dengan sangat sedih kami mengetahui meninggalnya mantan Presiden Fidel Valdez Ramos," kata Sekretaris Pers Presiden Ferdinand Marcos Jr, Trixie Cruz-Angeles dilansir AFP, Senin (1/8).

Trixie mengenang kebaikan Fidel yang wafat pada Minggu (31/7). Dia mengatakan, Fidel sosok yang memberi perubahan besar bagi Filipina.

Baca juga : Pasca Presiden Baru Dilantik, Demonstran Sri Lanka Ditangkapi

"Dia meninggalkan warisan yang penuh warna dan tempat yang aman dalam sejarah untuk partisipasinya dalam perubahan besar negara kita, baik sebagai perwira militer dan kepala eksekutif," ucapnya.

Penyebab kematian Fidel hingga saat ini belum diketahui. Keluarga Fidel disebut akan memberikan keterangan pers terkait penyebab kematian Fidel.

Delegasi Uni Eropa di Filipina mengatakan belasungkawa. Mereka menggambarkan Ramos sebagai negarawan yang berdedikasi dan pilar demokrasi.

Baca juga : Presiden Minta Polri Usut Tuntas, Buka Apa Adanya Kasus Brigadir J

Fidel Ramos adalah lulusan akademi militer West Point yang bergengsi di Amerika Serikat. Ramos memiliki karier yang panjang di angkatan bersenjata, termasuk pertempuran melawan gerilyawan komunis, dan ditempatkan dalam Perang Korea sebagai bagian dari kontingen Filipina.

Dia kemudian menjadi komandan paramiliter Polisi Filipina. Institusi itu dikenal dengan lembaga utama yang menegakkan penindasan brutal terhadap perbedaan pendapat setelah Marcos mendeklarasikan darurat militer pada 1972.

Pada Februari 1986, ketika kemarahan rakyat mencapai puncaknya atas pembunuhan pemimpin oposisi Benigno Aquino dan kecurangan rezim besar-besaran dalam pemilihan cepat.

Baca juga : Titah Presiden Kepada Mentan: Siapkan Kebutuhan Gula Nasional

Merasakan kelemahan Marcos, sekelompok perwira militer muda dan pemimpin mereka, menteri pertahanan Juan Ponce Enrile, merencanakan untuk merebut kekuasaan tetapi ketahuan.

Menghadapi penangkapan, Enrile dan sekutunya bersembunyi di markas militer di Manila dan mengimbau masyarakat untuk melindungi mereka dari serangan pemerintah yang akan segera terjadi.

Ramos bergabung dengan pemberontakan mereka, menarik dukungannya dari Marcos dan menginspirasi banyak orang lain untuk bangkit juga. Kemudian jutaan orang berkumpul di jalan-jalan yang sukses mengirim diktator Ferdinand Marcos ke pengasingan dan mengantar Corazon Aquino sebagai presiden. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.