Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ulama Berpengaruh & Pemimpin Spiritual Ikhwanul Muslimin, Yusuf Al Qardhawi Wafat Di Usia 96

Senin, 26 September 2022 22:38 WIB
Pemimpin Spiritual Ikhwanul Muslimin, Dr. Yusuf Al Qardhawy meninggal dunia di usia 96, Senin (26/9). (Foto: Twitter)
Pemimpin Spiritual Ikhwanul Muslimin, Dr. Yusuf Al Qardhawy meninggal dunia di usia 96, Senin (26/9). (Foto: Twitter)

RM.id  Rakyat Merdeka - Syeikh Prof. Dr. Yusuf al-Qardhawi, salah satu ulama Sunni paling berpengaruh di dunia Islam, meninggal dunia dalam usia 96 tahun di Doha, Qatar, Senin (26/9).

Al-Qardhawi yang berkebangsaan Mesir dan tinggal di Qatar, tercatat sebagai Ketua Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional, serta pemimpin spiritual Ikhwanul Muslimin.

Kabar tentang kematiannya, diumumkan di akun Twitter resmi Al-Qardhawi.

Semasa menjadi pembawa acara program TV populer, Shariah and Life di stasiun TV Al Jazeera Arab, Al Qardhawi sering menerima telepon konsultasi dari seluruh dunia. 

Lewat aturan teologisnya, Al Qardhawi menawarkan nasihat tentang segala hal. Mulai dari politik global, hingga aspek duniawi dalam kehidupan sehari-hari.

Semasa hidup, Al Qardhawi dikenal sangat kritis terhadap kudeta yang menggulingkan presiden pertama Mesir yang terpilih secara demokratis, Mohamed Morsi, pada 2013.

Baca juga : Kang Emil: Mari Taat Ulama Dan Pemimpin, Shalat Idul Adha Di Rumah Aja

Morsi adalah anggota Ikhwanul Muslimin, sebelum dia menjadi presiden, dan didukung oleh gerakan tersebut.

Setelah penggulingan Morsi, Al Qardhawi tidak bisa kembaki ke Mesir. Karena dia menentang Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi.

Pemimpin agama itu sebelumnya berada di pengasingan dari Mesir sebelum revolusi 2011, yang menggulingkan mantan Presiden Hosni Mubarak.

Ikhwanul Muslimin, yang didirikan di Mesir dan memiliki cabang di seluruh wilayah, memainkan peran besar dalam pemberontakan tahun 2011, yang mengguncang Timur Tengah. Hingga menyulut aksi demonstrasi di beberapa negara.

Al-Qardhawi telah diadili dan dijatuhi hukuman mati secara in absentia di Mesir.

Jamal El Shayyal dari Al Jazeera mengungkap, Al Qardhawy telah menulis lebih dari 120 buku, dan lebih dari 50-60 bentuk publikasi lain.

Baca juga : Mesir Tangkap Pimpinan Tertinggi Ikhwanul Muslim

“Sepertinya, dia adalah cendekiawan Muslim paling global, yang dimiliki Islam di zaman modern. Mungkin juga, dia adalah satu-satunya yang paling berpengaruh. Karena tidak membatasi ajarannya pada bagian tertentu dari Islam,” paparnya.

Al Qardhawi lahir di Saft Turab, Mesir pada 9 September 1926. Ketika Mesir masih di bawah kekuasaan kolonial Inggris.

Selama masa mudanya, Al-Qardhawy menggabungkan pendidikan agama dengan aktivisme anti-kolonial.

Aktivismenya melawan pendudukan Inggris dan hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin, membuatnya ditangkap beberapa kali di era1950-an.

Al Qardhawi pindah ke Qatar pada awal 1960-an, ketika dia diangkat menjadi Dekan Fakultas Syariah di Universitas Qatar. Hingga kemudian dianugerahi kewarganegaraan Qatar.

Ibrahim Salah Al-Nuaimi, Ketua Doha International Center for Inter-Faith Dialogue menggambarkan Al Qardhawi  sebagai seorang ulama yang moderat dan agung.

Baca juga : Bertemu Pemimpin Negara Lain, Trump Ogah Pakai Masker

“Dia bekerja erat dengan banyak perwakilan dari agama yang berbeda, untuk menyatukan harmoni. Dia benar-benar ingin menghentikan pidato kebencian, yang kadang muncul di antara agama yang berbeda,” ungkap Al-Nuaimi.

Salah satu karya awal yang terkenal adalah buku Fiqh al-Zakat, terbitan tahun 1973.

Al-Qardhawi juga berusaha menafsirkan kembali aturan sejarah hukum Islam, untuk lebih mengintegrasikan Muslim dalam masyarakat non-Muslim.

Dia mendukung pemboman bunuh diri terhadap Israel dalam Intifada Kedua, dan menyuarakan dukungan untuk pemberontakan Irak, yang meletus setelah invasi pimpinan AS menggulingkan Saddam Hussein, pada 2003.

Tahun 2009, agen keamanan internal Israel Shin Bet menuduh Al Qardhawi mengalokasikan 21 juta Amerika Serikat (AS) untuk kegiatan amal yang didanai Hamas. Demi mendirikan infrastruktur militan di Yerusalem.

Namun, Hamas yang menguasai Jalur Gaza, membantah tuduhan tersebut. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.