Dark/Light Mode

Sulit Tapi Realistis, Solusi 2 Negara Untuk Israel & Palestina

Rabu, 30 November 2022 11:11 WIB
Perdana Menteri Israel, Yair Lapid mendukung solusi dua negara, saat berpidato di Sesi ke-77 Majelis Umum Markas Besar PBB di New York City, pada Kamis, 22 September 2022. [Foto: Stephanie Keith/Getty Images]
Perdana Menteri Israel, Yair Lapid mendukung solusi dua negara, saat berpidato di Sesi ke-77 Majelis Umum Markas Besar PBB di New York City, pada Kamis, 22 September 2022. [Foto: Stephanie Keith/Getty Images]

 Sebelumnya 
Lalu pada 1 September 2022 dikutip timesofisrael.com, At UN, Biden reaffirms commitment to two-state solution for Israelis, Palestinians”. Terakhir pada 13 Oktober 2022, middleeasteye.net melaporkan dengan judul “Two-state solution highlighted in Biden’s national security strategy”.

Artinya, di tengah kecamuk panjang Israel-Palestina ini, selalu muncul harapan. Apalagi, perang dan kekerasan takkan pernah bisa jadi solusi. “War is never a solution; it is an aggravation,” kata Benjamin Disraeli (1804 –1881), negarawan Inggris dan mantan Perdana Menteri Britania Raya.

Karena pastinya, hanya yang kuat sajalah yang akhirnya menang, tanpa melihat, siapa yang benar dan yang salah. “War does not determine who is right - only who is left,” lanjut Bertrand Arthur William Russell (1872–1970), filsuf dan intelektual Inggris.

Baca juga : Media Tak Boleh Lelah Bantu Damaikan Israel-Palestina

Hingga akhirnya, menang dan kalah hanya soal waktu saja, bisa bergonta-ganti. Tapi di saat yang sama, korban, penderitaan, kesengsaraan, kehancuran akan terus berlanjut.

Sayangnya, dalam konflik panjang sepanjang sejarah manusia antara Israel-Palestina, terus diwarnai kekerasan yang belum berakhir. Hingga hari ini, bahkan sudah masuk ke 105 tahun! Setidaknya sejak Inggris mencanangkan Deklarasi Balfour pada 2 November 1917, yang dipandang sebagai janji untuk mendirikan ”tanah air” bagi kaum Yahudi di Palestina. Deklarasi inilah yang bisa dibilang, sebagai pemicu konflik Palestina-Israel hingga hari ini.

Bahkan di kubu Palestina, selain ada Fatah yang memilih jalur diplomasi, juga ada Hamas, yang tetap memilih jalan perang melawan Israel, meski dengan segala keterbatasan mereka.

Baca juga : Perhutani Jadi Posko Satgas Bencana BUMN Untuk Korban Gempa Cianjur

 

Nyaris tak bisa dihitung, sudah berapa kali antara gencatan senjata dan pecahnya kembali konflik selama 100 tahun terakhir ini. Bagi jurnalis yang terus mengikuti peristiwa ini, boleh jadi akan mudah merasa bosan, lelah, mungkin juga putus asa. Karena perdamaian yang seolah tak pernah terlihat.

Tapi sekali lagi, perjalanan panjang diplomasi untuk mencapai terwujudnya Solusi Dua Negara Palestina yang berdampingan dengan Israel, tak boleh kenal kata menyerah. Meski di tengah kecamuk konflik, optimisme itu juga selalu ada, baik dari kalangan Palestina maupun Israel sendiri. Ini pulalah yang harus terus harus membuat media massa tetap punya harapan untuk terus mengikuti dan mengabarkan kepada dunia internasional, dalam kerangka upaya membantu mendamaikan negara anak-anak Ibrahim atau Abraham ini. (*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.