Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Limbah Plastik PR Besar Dunia, Kerja Sama Internasional Harus Dikuatkan

Kamis, 8 Desember 2022 22:00 WIB
Ilustrasi limbah plastik (Foto: Istimewa)
Ilustrasi limbah plastik (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Limbah plastik yang tidak tertangani dan mengakibatkan pencemaran laut, masih menjadi persoalan utama lingkungan hidup.

Wilayah Asia, terutama ASEAN dan Asia Timur adalah kontributor utama sampah plastik dunia.

Pakar Lingkungan dari Chungnam National University, Prof. Yong-Chul Jang Ph.D mengatakan, kondisi ini tak lepas dari fakta ekonomi plastik berbasis bahan bakar fosil, yang sangat bergantung pada ekonomi linier.

Ini ditandai dengan kegiatan produksi massal, konsumsi massal, dan berujung pada pembuangan limbah secara massal.

Baca juga : KPK Pastikan Penyelidikan Formula E Yang Seret Nama Anies Masih Jalan

"Faktanya di dunia, 79 persen limbah plastik berakhir dengan penimbunan atau dibuang begitu saja. Yang diolah dengan mesin insinerasi, hanya 12 persen. Dan yang didaur ulang, cuma 9 persen," jelas Prof. Yong-Chul dalam Workshop IV Indonesia Next Generation Journalist Network Batch 2, bertema Indonesia-Korea Cooperation: Synergizing A Path Towards A Circular Economy yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation, beberapa waktu lalu.

Problem penanganan limbah plastik, tak hanya menjadi PR besar bagi negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Negara maju pun pusing memikirkannya.

Dalam konteks ini, Prof. Yong-Chul menekankan perlunya kerja sama internasional untuk mengatasi limbah plastik yang mencemari laut dan sungai, untuk menjaga kelestarian ekosistem.

Dalam jangka panjang, bioplastik dapat menggantikan berbasis bahan bakar fosil saat ini plastik, yang akan berkontribusi untuk mengurangi emisi karbon.

Baca juga : Ketua MPR Dorong Peningkatan Kerja Sama Bilateral RI-Aljazair

Sementara plastik berbahan bakar fosil, harus mengandalkan sirkularitas dengan mengadopsi daur ulang kimia serta bahan daur ulang.

Pada kesempatan tersebut, Prof. Yong-Chul juga menyoroti target Indonesia mengurangi sampah plastik yang mencemari laut, hingga 70 persen pada 2025.

Salah satu yang dianjurkan adalah penerapan Extended Producer Responsibility (EPR).

"EPR bukan magic, yang bisa memecahkan semua masalah pengelolaan sampah plastik. EPR menawarkan metode insentif ekonomi terpadu yang dipadukan dengan strategi manajemen, untuk mengatasi limbah plastik. Strategi ini meliputi pengumpulan sampah, infrastruktur daur ulang, pemisahan sampah, dan upaya mengedukasi konsumen," papar Prof. Yong-Chul.

Baca juga : Kerja Sama HIPKIN dengan Pusat Kurikulum dan Pembelajaran

"Kerja sama antara Indonesia-Korea pastinya akan menguatkan langkah mengatasi limbah plastik dan melindungi laut dari cemaran sampah plastik," imbuhnya. ■

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.