Dark/Light Mode

Putin Perkuat Senjata Nuklirnya

Perang Dunia Depan Mata

Jumat, 24 Februari 2023 08:03 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin. (Foto: Ist)
Presiden Rusia Vladimir Putin. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perang Rusia dan Ukraina sudah berlangsung hampir setahun, tapi belum ada tanda-tanda akan berakhir. Sebaliknya makin memprihatinkan dan mengancam keselamatan dunia, karena Presiden Rusia Vladimir Putin berkoar-koar akan terus memperkuat senjata nuklirnya, dan juga mengancam tak segan-segan melepaskan senjata mematikan ini. Kalau sampai ancaman Putin ini jadi kenyataan, maka perang dunia sudah di depan mata. Celaka!

Soal penguatan senjata nuklir itu, disampaikan Putin, dalam pidato menandai Hari Libur Umum Pembela Tanah Air, kemarin. Sehari sebelum ulang tahun pertama invasi Rusia ke Ukraina hari ini.

"Seperti sebelumnya, kami akan meningkatkan perhatian untuk memperkuat triad nuklir di darat, laut, dan udara," kata Putin, seperti dikutip Reuters, Kamis (23/2).

Pernyataan ini dilontarkan Putin, usai penangguhan perjanjian kontrol senjata nuklir bilateral dengan Amerika Serikat (AS).

"Kami akan melanjutkan produksi massal sistem Kinzhal hipersonik berbasis udara. Kami juga akan memulai pasokan massal rudal hipersonik Zirkon berbasis laut," kata Putin

Baca juga : Putin Kencengin Triad Nuklir, Inikah Tanda-Tanda Perang Dunia III?

Tahun ini, Putin juga akan mengerahkan rudal balistik antarbenua yang diberi nama Sarmat. Sarmat yang juga bernama alias Setan 2 ini bisa membawa banyak hulu ledak nuklir. Rudal generasi terbaru ini diklaim Putin "tak terkalahkan".

Presiden AS Joe Biden geram mendengar kabar tersebut. Politisi Partai Demokrat itu mengkritik Putin, karena menangguhkan perjanjian nuklir dengan Washington.

"Itu adalah kesalahan besar, tidak bertanggung jawab," protes Biden seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (23/2).

Kendati demikian, ia masih berprasangka baik ke negara berjuluk Beruang Putih itu. Biden melihat belum melihat ada indikasi Moskow mendekati penggunaan senjata nuklir, hingga saat ini.

Namun, mundurnya Rusia dari perjanjian nuklir  juga bikin deg-degan sejumlah negara. Karena perjanjian yang dibuat 2010 itu, bertujuan untuk melucuti senjata nuklir Rusia dan AS. Cabutnya Rusia dari perjanjian itu, besar kemungkinan bakal memacu negara-negara lain juga memperkuat senjata nuklirnya.

Baca juga : Presuniv Perkuat Kerja Sama Pendidikan Dengan Timor Leste

Putin bersikeras baru akan melanjutkan diskusi setelah senjata nuklir Prancis dan Inggris juga diperhitungkan. Tapi, Anggota Komite Luar Negeri Parlemen Eropa, David McAllister anteng-anteng saja. Ia mengaku tidak kaget dengan ancaman putin itu.

"Itu hanyalah retorika yang berlanjut, yang mencoba menakut-nakuti masyarakat Barat. Ia tidak akan sukses," ujar McAllister dalam kunjungannya ke Jakarta, Rabu (22/2) lalu.

Menteri Luar Negeri, China Qin Gang mengaku, negaranya akan berupaya menengahi perang Rusia-Ukraina. Negeri Tirai Bambu itu khawatir, jika perang yang sudah lebih dari setahun itu bisa lepas kendali.

"Berhenti menambahkan bahan bakar ke api, berhenti menyalahkan China, dan berhenti membesar-besarkan soal Ukraina hari ini, Taiwan besoknya," imbaunya.

Apakah sikap keras Putin dan penguatan senjata Nuklir akan berdampak pada perang dunia? Guru Besar Hukum Internasional UI, Prof Hikmahanto Juwana mengatakan, kemungkinan perang nuklir tetap ada jika Putin makin terdesak. Apalagi, dia sudah menegaskan, jika perang di Ukraina adalah perang Rusia lawan Amerika.

Baca juga : Dukung F1 Powerboat, Telkomsel Pasang 5G Di Danau Toba

“Kalau terdesak Putin bisa mengeluarkan senjata nuklirnya. Karena dia, tidak mungkin balik ke titik awal. Jadi pilihan dia cuma menang,” katanya kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

Hikmahanto menilai Putin tidak akan menyerah. Karena, kalau dia menyerah, akan diolok-olok oleh rakyatnya. Selain itu, dia juga bisa dibawa ke Mahkamah Kejahatan Perang. “Karena itu, dia pasti fokus memenangkan peperangan bagaimana pun caranya,” katanya.

Namun jika perang nuklir terjadi, kata dia, efeknya akan kemana-mana. Semua negara akan berlomba memperkuat persenjataannya. Perang dunia pun bisa terjadi.

Pengamat Politik Univesitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin mengatakan, jika perang Rusia-Ukraina meningkat jadi perang nuklir akan berdampak pada politik Indonesia. Salah satunya adalah Pemilu.

Menurut dia, saat ini perang Rusia-Ukraina sudah memberikan dampak di sektor pangan dan energi. Tapi kalau perang lebih lama lagi, dampaknya pasti ke krisis politik. “Pemilu bisa tertunda,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka, tadi malam. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.