Dark/Light Mode

1 Tahun Perang Rusia Vs Ukraina, Ini Catatan & Analisis Nuning

Minggu, 26 Februari 2023 14:40 WIB
Pengamat militer dan pertahanan Susaningtyas Kertopati (Foto: Istimewa)
Pengamat militer dan pertahanan Susaningtyas Kertopati (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perang antara Rusia dan Ukraina sudah berlangsung selama setahun. Pengamat militer dan pertahanan Susaningtyas Kertopati memberikan sejumlah catatan dan analisis mengenai perang tersebut.

“Perang yang terjadi di Balkan saat ini masuk dalam kategori perang asimetris dari perspektif ilmu pertahanan. Rusia adalah kekuatan yang superior dan Ukraina adalah kekuatan yang inferior. NATO berusaha menancapkan kekuasaannya di Ukraina, yang secara geografis berbatasan langsung dengan Rusia,” papar Nuning, sapaan akrab Susaningtyas, Minggu (26/2).

Mantan Anggota Komisi I DPR ini menerangkan, mengenai kekuatan militer dan anggaran perang, jelas Rusia ungguh. Di atas kertas, Rusia pasti ingin melaksanakan perang dalam waktu secepat-cepatnya. Sementara, Ukraina pasti melancarkan perang berlarut.

Baca juga : SIM Keliling Tangerang Kota 25 Februari, Hadir Di City Mall Pasar Baru

“Dari awal, perang sudah terbaca beberapa hal indikasi. Rusia ingin membangun image bahwa mereka masih kuat, terlebih di hadapan NATO,” terang peraih gelar doktor bidang intelijen ini.

Bila perang ini terus berlarut, lanjutnya, yang merugi adalah Uni Eropa. Sebab, secara ekonomi, belum menguat benar. “Langkah yang bisa dinilai tepat, jangan mendiskreditkan Rusia. Lebih baik dorong perundingan damai yang kiranya dapat diterima semua pihak,” imbuhnya.

“Ini contoh asimetrik war. Menyetop unilaterakisme sebagai akar masalahnya,” lanjutnya.

Baca juga : Dubes Ukraina Bacakan Pesan Presiden Soekarno

Nuning melanjutkan, perang ini pun berpengaruh pada komoditas impor dunia, termasuk Indonesia. Ada beberapa barang berasal dari kedua negara yang berperang tersebut. Yaitu, 40 persen gas Eropa asal Rusia, 35 persen paladium AS (bahan baku semikonduktor) asal Rusia, dan 67 persen Neon AS (bahan baku semikonduktor) asal Ukraina.

“Jadi, efek dominonya yang paling penting adalah harga pangan impor naik diikuti kenaikan barang-barang lokal plus biaya logistik melonjak dan harga BBM menanti subsidi yang lebih besar. Hal ini cukup membingungkan kebijakan publik dunia, karena salah kebijakan akan berujung ke gejolak dunia,” terangnya.

Nuning melihat, posisi Ukraina memang diperebutkan. AS menginginkannya sebagai negara satelit yang mengawasi Russia. Sementara, Russia masih belum benar-benar ikhlas melepaskannya sebagai bagian dari Uni Soviet dulu.

Baca juga : Tegangnya Perjalanan Biden Ke Ukraina, Jelang Setahun Invasi Rusia

“Bisa dikatakan, ini perang AS vs Rusia. NATO berusaha menancapkan kekuasaannya di Ukraina yang secara geografis berbatasan langsung dengan Rusia,” terangnya.

Nuning lalu mengutip pernyataan Utusan Tetap Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia, pada Sidang Dewan Keamanan PBB, di New York, AS, Kamis lalu. Ketika itu, Nebenzya menyatakan bahwa Moskow mencermati bahwa negara-negara dan institusi Eropa sedang mendiskusikan langkah terbaik untuk memecah belah dan menghancurkan Rusia. Pihaknya dulu menduga, di balik penampilan Eropa, ada kebencian terhadap Rusia yang terpendam, tetapi Moskow tidak pernah membayangkan sejauh apa hal itu berkembang kemudian.

“Memang tidak mudah mendamaikan perang berlarut yang tengah terjadi. Baik pihak Ukraina maupun Rusia tak hanya melakukan perang militer dengan persenjataan mutakhir, tapi juga perang kognitif. Masing-masing pihak ingin mempengaruhi dunia agar berpihak pada negaranya,” tutupnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.