Dark/Light Mode

China Catat Kematian Pertama Akibat Flu Burung H3N8

Rabu, 12 April 2023 08:17 WIB
Ilustrasi flu burung (Foto: Net)
Ilustrasi flu burung (Foto: Net)

RM.id  Rakyat Merdeka - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kasus meninggal dunia akibat flu burung H3N8 di China, yang melibatkan seorang wanita berusia 56 tahun, Selasa (11/4).

Ini adalah kematian pertama akibat flu burung pada manusia.

H3N8 diketahui telah bersirkulasi sejak 2002, setelah pertama kali terdeteksi di unggas air Amerika Utara. Varian ini juga menginfeksi kuda, anjing, dan anjing laut.

Penyakit ini tak terdeteksi pada manusia, sebelum dua kasus non-fatal sebelumnya muncul di China, pada April dan Mei tahun lalu.

Baca juga : Penangkapan Bupati Meranti, OTT Pertama KPK Di Tahun 2023

WHO mengungkap, wanita korban meninggal H3N8 yang berasal dari Provinsi Guangdong di wilayah tenggara China tenggara, jatuh sakit pada 22 Februari, dirawat di rumah sakit karena pneumonia parah pada 3 Maret, dan meninggal pada 16 Maret.

"Ada beberapa kondisi yang mendasarinya. Pasien memiliki riwayat terpapar unggas hidup, sebelum penyakit itu tercetus. Selain itu, juga ada riwayat kehadiran burung liar di sekitar rumahnya,” beber WHO dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP.

"Tidak ada kontak dekat dari kasus yang mengembangkan infeksi atau gejala penyakit," tambahnya.

Paparan pasar unggas hidup, bisa saja menjadi penyebab infeksi. Namun, sumber infeksi ini masih belum diketahui pasti. Begitu pula kaitannya dengan virus flu burung A (H3N8) lainnya yang beredar pada hewan.

Baca juga : Pustakawan Diminta Lebih Giat Kembangkan Perpustakaan

Fakta inilah yang kemudian mendorong WHO, untuk menyegerakan investigasi lanjutan pada hewan dan manusia terkait H3N8.

Pada dua kasus sebelumnya, satu pasien mengalami penyakit kritis. Satunya lagi, hanya bergejala ringan.

WHO menduga, kedua kasus tersebut tertular dari paparan langsung atau tidak langsung, pada unggas yang terinfeksi.

“Tampaknya, virus ini tidak memiliki kemampuan untuk menulari manusia dengan mudah. Sehingga, risiko penyebarannya dianggap rendah. Baik di tingkat nasional, regional, dan internasional,” papar organisasi yang berbasis di Jenewa itu.

Baca juga : Cegah Insiden Serupa Terulang, Pertamina Perkuat Budaya Kerja Berbasis Safety

Mengingat sifat virus influenza yang terus berkembang, WHO menekankan pentingnya pengawasan global untuk mendeteksi perubahan virologis, epidemiologis dan klinis yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia (atau hewan).

Kasus flu burung pada manusia, biasanya merupakan akibat dari paparan langsung atau tidak langsung terhadap unggas hidup atau mati yang terinfeksi, atau lingkungan yang terkontaminasi.

WHO menerangkan, infeksi influenza hewan dapat mengakibatkan penyakit mulai dari konjungtivitis atau gejala mirip flu ringan, hingga penyakit pernapasan akut yang parah. Bahkan kematian.

Gejala gastrointestinal atau neurologis juga ikut dilaporkan, tetapi jarang terjadi. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.