Dark/Light Mode

Proposal Perdamaian Menhan Prabowo: Dipuji Belanda, Ditolak Ukraina

Senin, 5 Juni 2023 06:28 WIB
Seorang tentara Ukraina menembakkan mortir ke posisi Rusia di garis depan dekat Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina, Senin, 29 Mei 2023.(Foto AP /Efrem Lukatsky)
Seorang tentara Ukraina menembakkan mortir ke posisi Rusia di garis depan dekat Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina, Senin, 29 Mei 2023.(Foto AP /Efrem Lukatsky)

RM.id  Rakyat Merdeka - Usulan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto untuk perdamaian antara Ukraina dan Rusia mendapat pujian dari Menhan Belanda, Kajsa Ollongren. Tapi, usulan itu dimentalkan Menhan Ukraina, Oleksii Reznikov.

Prabowo mengemukakan gagasan tersebut pada konferensi pertahanan dan keamanan utama di kawasan Asia Pasifik, Dialog Shangri-La, di Singapura, Sabtu (3/5).

Usulan tersebut termasuk mengenai penghentian segera permusuhan, gencatan senjata dan zona demiliterisasi yang akan dijamin pengamat dan Pasukan Penjaga Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Ketua Umum Partai Gerindra itu juga menyarankan sebuah referendum di wilayah yang disengketakan, yang diselenggarakan PBB.

Menanggapi usulan perdamaian Prabowo itu, Menhan Belanda Ollongren menyampaikan apresiasinya langsung di pertemuan bilateral di sela Dialog Shangri-La.

“Upaya dan komitmen Pemerintah Indonesia dalam penyelesaian konflik di Ukraina patut diapresiasi. Semoga upaya ini segera membuahkan hasil,” puji Ollongren, dalam keterangan Kemenhan RI, kemarin.

Menhan Negeri Kincir Angin itu berterima kasih pada Indonesia, yang ikut mencari cara menyelesaikan konflik yang sudah berlangsung sejak 24 Februari 2022 itu.

Proposal Perdamaian Prabowo

Baca juga : Top Nih! AP I Dinobatkan Jadi Perusahaan Dengan Transaksi Tertinggi Di Pasar Digital UMKM

Namun berbeda dengan Ollongren, Menhan Ukraina Reznikov justru menolak mentah-mentah usulan Prabowo. Menurutnya, usulan Prabowo terdengar seperti rencana Rusia, bukan rencana Indonesia.

“Kami tidak membutuhkan mediator datang kepada kami (dengan) rencana aneh ini,” tukas Reznikov yang juga menghadiri Dialog Shangri-La.

Menurutnya, Ukraina tak bisa menerima gagasan untuk membekukan pasukan Rusia dan Ukraina di posisi mereka saat ini. Kiev juga tidak setuju menciptakan zona demiliterisasi.

Kiev pun meminta Indonesia bergabung dalam implementasi formula perdamaian versi Ukraina. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina menyebut, partisipasi Indonesia yang ingin menjadi pendamai konflik Ukraina-Rusia patut diapresiasi.

“Indonesia adalah aktor penting di kawasan Asia Tenggara, yang saat ini memimpin ASEAN,” ujar Jubir Kemlu Ukraina, Oleg Nikolenko dalam postingan Facebook Kemlu Ukraina, Minggu (4/6).

Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Kiev, lanjut Nikolenko, merupakan salah satu bukti nyata keseriusan Indonesia mencari jalan damai dalam konflik tersebut.

“Kami menghargai perhatian Indonesia, yang tampaknya mengambil kesimpulan dari sejarahnya sendiri, menawarkan solusi pemulihan perdamaian di Ukraina,” sambung dia.

Baca juga : Bantah Kerahkan Relawan Dukung Prabowo, Gibran Siap Ditegur PDIP Jika Salah

Menjawab tanggapan Ukraina, Menhan Prabowo mengatakan, proposal tersebut didasarkan pada pengalaman setiap bangsa Asia yang tahu betul harga dan konsekuensi sebuah perang.

“Kami di Asia, telah mengalami banyak konflik. Mungkin lebih banyak bencana, lebih banyak darah daripada yang dialami di Ukraina,” tutur Prabowo.

Perang Rusia-Ukraina

Menurut dia, Indonesia tak mencoba menilai siapa yang benar atau salah dari perang Rusia-Ukraina. Namun, kata Prabowo, penghentian permusuhan dalam konflik tersebut juga sangat penting.

Selanjutnya, Prabowo membeberkan sejumlah negara di kawasan Asia dan Afrika yang sangat menderita sebagai dampak perang, dalam satu dekade terakhir.

“Tanyakan kepada saudara-saudara kita di Vietnam, di Kamboja, tanyakan kepada mereka, berapa kali mereka diserang,” ujar Prabowo.

Proposal Prabowo ini tampaknya memiliki banyak kesamaan dengan usulan perdamaian China, yang sebagian besar telah ditolak di Eropa. Dalam rekomendasinya, berarti akan membiarkan pasukan Rusia menguasai wilayah Ukraina yang telah direbut, sejak invasi Februari 2022.

Selain itu, tercantum juga rekomendasi penetapan zona demiliterisasi yang diusulkan akan membentang sejauh 15 km atau 9 mil dari posisi maju pasukan Ukraina dan Rusia. Pada zona ini, PBB akan menerjunkan pasukan penjaga perdamaian.

Baca juga : Gibran Dipanggil Hasto Ke Jakarta

“Rusia sekarang mencoba menghadang serangan balasan Ukraina dengan cara apa pun,” ujar Nikolenko.

Dia menambahkan, Rusia harus hengkang dari tanah Ukraina dan Ukraina harus memulihkan integritas teritorialnya di perbatasan yang diakui secara internasional.

“Tidak ada alternatif lain,” tegasnya.

Gencatan senjata tanpa penarikan pasukan, menurut Nikolenko, hanya akan memungkinkan Rusia memenangkan perang sebelum kembali melancarkan gelombang agresi baru. ■ 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.