Dark/Light Mode

COP28 Dituding Ajang Foto-foto, Biden Dan Xi Mangkir

Rabu, 29 November 2023 07:37 WIB
Sejumlah mobil lalu lalang di depan spanduk COP28 yang dipasang di jalan tol Sheikh Zayed di Dubai, Uni Emirat Arab, 27 November 2023. (Foto AP/Kamran Jebreili)
Sejumlah mobil lalu lalang di depan spanduk COP28 yang dipasang di jalan tol Sheikh Zayed di Dubai, Uni Emirat Arab, 27 November 2023. (Foto AP/Kamran Jebreili)

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Joe Biden dan Presiden Cina Xi Jinping akan melewatkan pertemuan iklim COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Meskipun keduanya belum lama bertemu untuk membahas perubahan iklim, banyak yang kecewa Biden melewatkan pertemuan dengan 190 negara lain yang akan hadir di sana.

Konferesi tahunan itu digelar di Dubai pada 30 November hingga 12 Desember 2023. Acara ini akan melibatkan 190 negara. Para pemimpin dunia berkumpul di pertemuan puncak perubahan iklim yang disebut Konferensi Para Pihak atau Conference of the Parties yang dikenal dengan COP28, dengan sejumlah agenda krusial. 

"Presiden Biden menjanjikan pendekatan 'seluruh pemerintahan' terhadap krisis iklim setelah menjabat. Namun ketidakhadirannya di pertemuan COP28 menandakan kurangnya minat terhadap bahaya krisis iklim yang sedang berlangsung. Mengingat Amerika Serikat adalah penghasil emisi terbesar di dunia, hal ini seharusnya menjadi skandal internasional," sentil Matthew Huber, profesor geografi dan lingkungan di Maxwell School of Citizenship & Public Affairs Syracuse University, berbagi pemikirannya di situs web Syracus University News.

Pejabat Gedung Putih, yang tidak mau disebutkan namanya, ogah memberikan alasan Biden tidak akan hadir dalam pertemuan pada 30 November hingga 12 Desember 2023. Gedung Putih mengatakan,  Biden akan mengirimkan tim iklim, termasuk Utusan Khusus John Kerry, penasihat iklim Ali Zaidi dan penasihat energi bersih John Podesta. Sedangkan China bakal mengirim utusan Xie Zhenhua. 

Dilansir New York Times, petinggi  Gedung Putih mengindikasikan, perhatian Biden saat ini terfokus pada isu-isu seperti perang antara Israel dan Hamas.

Profesor politik internasional di University of Manchester, Matthew Paterson, mengatakan kepada GB News: "Kebanyakan orang berpikir bahwa ketika para pemimpin dunia hadir, hal itu menjadi sebuah jambore untuk berfoto." 

Baca juga : Maung Bandung Bidik Poin Penuh Di Tangerang

Paterson tidak terlalu memusingkan ketidakhadiran Biden maupun Xi. Menurutnya relasi China dan AS merupakan hubungan yang paling penting dalam mengatasi krisis perubahan iklim.   

"COP merupakan hal yang membosankan namun perlu diadakan setiap tahun. Sebagian besar keputusan penting, yang paling berharga untuk mengatasi perubahan iklim akan terjadi di Dewan Keamanan PBB," tuturnya.

Dr Yixian Sun, dosen senior di bidang pembangunan internasional di University of Bath, akan hadir dalam pertemuan tersebut.

 "Faktanya, bagi banyak peneliti yang mempelajari dan telah mengikuti politik/perundingan iklim global selama bertahun-tahun, kehadiran para kepala negara tidak selalu membantu dan terkadang bahkan dapat menjadi kontraproduktif karena mengalihkan perhatian publik pada isu-isu utama yang akan dinegosiasikan," terangnya.

Agenda COP28

COP28 bertujuan untuk mengarahkan Pemerintah di seluruh negara agar mendukung Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) dan target Perjanjian Paris 2015 untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.

Salah satu isu utama yang dibahas adalah struktur dana kerugian dan kerusakan yang ditujukan untuk memberi kompensasi kepada negara-negara berpendapatan rendah, yang sangat menderita akibat perubahan iklim, meskipun mereka tidak berkontribusi besar pada penyebab perubahan iklim.

Baca juga : Puan Ngademin

Topik diskusi penting lainnya adalah penerapan perjanjian untuk menghapus penggunaan bahan bakar fosil, yang memegang peranan terbesar dalam emisi karbon.

Diskusi mengenai bahan bakar fosil terkesan ironi karena negara tuan rumah, yaitu Uni Emirat Arab merupakan salah satu produsen minyak dan gas terbesar di dunia.

Apalagi organisasi media Pusat Pemberitaan Iklim (Centre for Climate Reporting) dan British Broadcasting Corp., pada Senin (27/11), mengungkapkan bocoran dokumen yang menyebutkan bahwa penyelenggara COP28 di UEA telah menjadwalkan diskusi mengenai proyek pengembangan minyak dan gas dalam konferensi tersebut.

Keputusan untuk memilih UEA menjadi tuan rumah konferensi merupakan sebuah keputusan yang kontroversial, terutama setelah Sultan Ahmed Al-Jaber, CEO grup dari Abu Dhabi National Oil Co., dipilih menjadi presiden COP28.

Laporan yang dirilis pada Senin itu mencakup poin diskusi internal yang tampaknya disiapkan untuk Al-Jaber menjelang pertemuannya dengan sejumlah perwakilan dari berbagai negara, termasuk, China, Kolombia dan Mesir. Poin-poin tersebut mengindikasikan kesediaan UEA untuk membangun proyek bahan bakar fosil yang baru.

Menurut BBC, penyelenggara konferensi tersebut tidak membantah tuduhan yang muncul, dan menolak untuk berkomentar lebih jauh. Mereka hanya menjawab bahwa "pertemuan rahasia tetaplah bersifat rahasia."

Optimisme Aktivis

Baca juga : SIM Keliling Tangerang Kota 20 Oktober, Hadir Di 2 Lokasi

Di saat sebagian aktivis merasa terganggu dengan keputusan untuk menjadikan UEA sebagai tuan rumah konferensi iklim tahun ini, sejumlah aktivis lainnya mengatakan, pengungkapan diskusi mengenai proyek bahan bakar fosil yang baru dapat meningkatkan kesempatan untuk mengadopsi bahasan penghentian bertahap bahan bakar fosil.

"Kami sangat jelas dengan apa yang kami perjuangkan, dan dengan munculnya laporan terbaru ini, kami semakin tahu dengan apa yang sedang terjadi di balik layar, yang sebelumnya telah kita semua curigai namun tidak ada yang berani mengatakannya secara gamblang," ujar Cherelle Blazer, direktur kebijakan iklim internasional di Sierra Club, kepada Voice of America.

Blazer juga mengatakan, ia tidak khawatir mengenai absennya Biden dan Xi. "Delegasi dari Senat akan hadir di konferensi. Tim perunding dari AS akan hadir lengkap. Kerry juga akan ada di sana. Jadi, semua pihak yang perlu hadir untuk mewujudkan sesuatu akan berada di konferensi itu," tambahnya. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.