Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ditodong Senjata Militer Mali, Presiden Ibrahim Mundur di Tahanan Tentara

Rabu, 19 Agustus 2020 11:06 WIB
Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita dan Perdana Menteri, Boubou Cisse [Foto: AFP/EPA]
Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita dan Perdana Menteri, Boubou Cisse [Foto: AFP/EPA]

RM.id  Rakyat Merdeka - Setelah dikudeta oleh militer, Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita akhirnya menyatakan mengundurkan diri pada Rabu (19/8) dini hari waktu setempat. Demikian seperti dikutip kantor berita Aljazeera.

Keita menegaskan, dia sengaja mengundurkan diri dari jabatan presiden, karena tidak ingin ada pertumpahan darah.

"Hari ini, kelompok militer tertentu melakukan intervensi. Saya tidak punya pilihan. Karena saya tidak ingin ada pertumpahan darah," kata Keita dalam keterangan singkat yang disiarkan televisi nasional.

Namun tidak ada kejelasan, apakah militer sekarang secara resmi memegang kendali pemerintahan Mali.

Baca juga : Kantongi Pendapatan 54,58 Miliar Dolar AS, Pertamina Ngirim Surat ke Fortune Global

Republik Mali merupakan negara terbesar kedua di Afrika Barat, yang salah satu wilayahnya berbatasan dengan Aljazair. Mayoritas penduduknya tinggal di wilayah selatan.

Pada 20 Desember 2012, untuk membantu Mali merebut kembali wilayah utara negeri itu yang dikuasai kelompok pemberontak Islam, Dewan Keamanan PBB menyetujui pengiriman pasukan militer Afrika.

Pemberontak Tuareg dan kelompok militan Islam yang terkait Al-Qaeda, memanfaatkan kudeta pada Maret 2012 untuk menguasai wilayah utara yang luas.

Sebelumnya, Keita dan Perdana Menteri Boubou Cisse ditahan oleh tentara dalam susana dramatis, setelah adanya krisis politik berbulan-bulan di negara tersebut.

Baca juga : Corona Masih Tinggi, Inacraft Diundur Tahun Depan

Perkembangan kemudian terjadi beberapa jam, setelah tentara mengangkat senjata dan melancarkan pemberontakan di pangkalan militer di Kati, sebuah kota dekat Ibu Kota Mali, Bamako.

Menyikapi perkembangan ini, negara-negara Afrika Barat yang umumnya merupakan bekas jajahan kolonial Perancis, Uni Eropa dan Uni Afrika, mengecam pemberontakan militer. Mengingat pergantian kekuasaan ini tidaklah konstitusional.

Kudeta ini terjadi di tengah krisis politik, hingga pengunjuk rasa kalangan oposisi turun ke jalan untuk menuntut mundurnya Presiden Keita. Pihak oposisi menuduh, Keita sengaja membiarkan ekonomi Mali runtuh dan tidak becus menangani situasi keamanan yang memburuk.

Selama bertahun-tahun, Mali dirundung konflik antar kelompok bersenjata berlatar ideologi. Hal ini kemudian memicu ketegangan etnis demi memperebutkan kekuasaan. Bahkan berdampak luas hingga ke negara-negara tetangga seperti Nigeria dan Burkina Faso, turut mengguncang kawasan Barat Daya Mali, Sahel, hingga juga turut menciptakan krisis kemanusiaan besar-besaran.

Baca juga : Dorong Perbaikan Tata Kelola, KPK Beri Pendampingan Pemda se-Jawa Tengah

Selasa (18/8) lalu, pengunjuk rasa dari kalangan oposisi berkumpul di sebuah alun-alun di Bamako untuk menunjukkan dukungan kepada tentara. Kondisi ini turut diwaspadai kantor-kantor kedutaan asing, hingga menyarankan warganya untuk tetap di rumah. DAY

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.