Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kenalan dengan Sistem Pemilu AS

Jajak Pendapat Unggul, Biden Belum Aman

Rabu, 30 September 2020 06:12 WIB
Joe Biden dan Donald Trump berjuang kuasai swing states.(Foto NET)
Joe Biden dan Donald Trump berjuang kuasai swing states.(Foto NET)

RM.id  Rakyat Merdeka - Posisi Capres Amerika Serikat (AS) Joe Biden sedang di atas angin. Calon Presiden (Capres) dari Partai Demokrat itu mengungguli Donald Trump dalam sejumlah jajak pendapat di wilayah swing states.

Dilansir USAToday, dari hasil jajak pendapat, di 11 swing states, Trump unggul hanya di Texas dan Georgia. Sedang negara lainnya dikuasai Biden. Jajak pendapat ini dilakukan sebelum debat perdana berlangsung, Selasa malam, 29 September waktu setempat.

USAToday akan mengupdate perolehan jajak pendapat para capres tiap pekan. Dalam pekan ini, dilansir USAToday pada Selasa (29/9), di Florida yang menyediakan 29 electoral votes, Biden unggul dengan 48,6 persen berbanding 47 persen untuk Trump.

Di Pennsylvania yang menyediakan 20 electoral votes, Biden unggul dengan 49,4 persen berbanding 44,5 persen. Selanjutnya, di Ohio yang menyediakan 18 electoral votes, Biden unggul dengan 46,5 persen berbanding 45,5 persen.

Di Michigan dengan 16 electoral votes, Biden unggul dengan 49,8 persen berbanding 42,7 persen. Berikutnya, di Negara Bagian North Carolina dengan 15 electoral votes, Biden unggul dengan 46,9 persen. Diikuti Trump dengan 45,4 persen.

Di Arizona, yang menyediakan 11 electoral votes, Biden unggul dengan 47,8 persen. Sedangkan Trump memperoleh 44,1 persen. Kemudian di Wisconsin yang menyediakan 10 electoral votes, Biden unggul dengan 50,6 persen. Berbanding 43,3 persen.

Di Iowa, yang menyediakan enam electoral votes, Biden masih unggul dengan 46,1 persen. Berbanding 45,7 persen untuk Trump. Di Nevada yang menyediakan enam electoral votes, Biden unggul 48,9 persen, diikuti Trump 43 persen.

Baca juga : Rencana Stimulus Ekonomi AS Jadi Doping Buat Rupiah

Di Georgia yang punya 16 electoral votes, Trump menang 46,8 persen, sedangkan Biden 45,6 persen. Di Texas yang punya 38 electoral Votes Trump unggul 47,9 persen, dan Biden 45,2 persen.

Dilansir Guardian, di beberapa swing states Biden dinyatakan unggul namun demikian, bisa saja warga yang disurvei mengatakan akan memilih Biden, padahal sebenarnya tidak.

Selain itu, keunggulan Biden di swing states tak terlalu signifikan terhadap Trump. Biden masih belum aman terhadap Trump. Biden masih perlu memastikan kemenangan di negara bagian yang terdapat banyak swing voters (pemilih mengambang). Kemungkinan Trump menang masih cukup besar.

Biden perlu memastikan kemenangan di negara bagian yang terdapat banyak swing voters (pemilih mengambang).

Kenapa swing states begitu penting? Itu karena sistem pemilihan umum di Amerika Serikat (AS) bukan berdasarkan suara terbanyak atau popular vote. Melainkan dengan sistem Electoral Collage atau lembaga pemilih.

Warga AS datang ke tempat pemungutan suara, sebenarnya memilih orang-orang yang bakal duduk dalam Electoral College. Tugas utama anggota Electoral College adalah memilih presiden dan wakil presiden.

Anggota Electoral College dicalonkan partai politik di tingkat negara bagian. Mereka biasanya petinggi partai atau sosok yang berafiliasi dengan kandidat presiden dari partainya.

Baca juga : Koalisinya Menang Di Sabah, Muhyiddin Belum Aman

Terdapat 538 pemilih (elector) di Electoral College. Setiap negara bagian diberi jatah elector sebanding dengan jumlah penduduknya. Yang paling banyak adalah California (55), diikuti Texas (34) dan New York (31). Negara bagian dengan jumlah penduduk paling sedikit, Alaska, Delaware, Montana, North Dakota, South Dakota, Vermont, dan Wyoming, masing-masing memiliki 3 elector.

Jumlah lembaga ini ditentukan oleh sensus setiap 10 tahun. Total adalah sama dengan jumlah ang- gota Kongres (100 Senator dan 435 DPR) ditambah 3 pemilih untuk District of Columbia.

Salah satu calon perlu mendapatkan 270 elector untuk mendapatkan mayoritas dan menjadi presiden. Bila tidak ada yang memperoleh mayoritas, pemilihan umum ditentukan kongres (DPR untuk kandidat presiden, Senat untuk kandidat wakil presiden).

Sistem Electoral College ini membuat para kandidat berlomba-lomba mendapatkan suara mayoritas di negara bagian. Beberapa negara bagian ada yang memiliki populasi yang condong ke salah satu partai politik, baik Partai Demokrat maupun Partai Republik. Negara-negara bagian inilah yang dikenal sebagai “blue states” dan “red states” (negara bagian biru dan negara bagian merah), merujuk pada warna identik dengan masing-masing partai. Biru untuk Partai Demokrat dan merah untuk Partai Republik.

Di negara-negara bagian tersebut, hasil pemungutan suara biasanya sudah dapat diketahui, dan hampir pasti. Misalnya California, New York, dan Maryland, yang merupakan negara bagian biru. Biden hampir dipastikan menang.

Sementara North Carolina, Indiana, Texas dan sebagian negara bagian di selatan dianggap sebagai negara bagian merah, di mana Trump, seorang Republikan, diyakini akan unggul. Biasanya, para calon presiden tidak akan terlalu mencurahkan sumber dayanya untuk berkampanye di negara-negara bagian ini karena hasil pemungutan suara hampir tidak mungkin diubah.

Di luar kedua pembagian ini, ada negara bagian yang tidak memiliki kecenderungan. Negara- negara bagian inilah yang disebut sebagai “white states” (negara bagian putih) atau “swing states” (negara bagian mengambang) atau battleground. Untuk Texas, USAToday memposisikannya sebagai swing states. Karena ada di beberapa kawasannya, pemilih Demokrat meningkat. Jadi negara bagian yang punya status swing states belum tentu sama setiap tahunnya.

Baca juga : BPOM Ungkap Peredaran Obat Covid Rp 46,7 Miliar

Wilayah-wilayah inilah yang diperebutkan kedua capres. Swing states sangat berpe- ngaruh pada Electoral College dan bisa menjadi penentu kalah menangnya seorang calon presiden.

Sebagai contoh, pada 2016, Hillary Clinton diperkirakan memiliki 257 Electoral College dari negara-negara bagian biru, dan hanya membutuhkan 13 Electoral College lagi untuk menjadi Presiden AS. Namun, dia gagal mengamankan suara di Wisconsin, Pennsylvania, dan Michigan yang dimenangi Trump.

Pada pemilihan presiden tahun ini, baik Trump dan Biden dipastikan akan berupaya keras untuk mengambil suara dari swing states dan mengamankan kemenangan mereka.

Pilpres AS nanti, disebut akan berdampak global. Terutama bagi demokrasi, kemajuan negara, dan solidaritas selama beberapa generasi. Persaingan kedua capres terkait hubungan transatlantik, atau hubungan an- tara negara yang punya kekuatan besar, dan juga terkait masalah iklim.[PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.