Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Kinerja Industri Manufaktur Terganggu Urusan Koordinasi Antarinstansi
- KAI Tutup Posko Angkutan Lebaran, Penumpang KA Naik 18 Persen
- 100.000 Pendukung Prabowo-Gibran Gelar Aksi Damai di MK, Jumat Besok
- Didampingi Ibu Wury, Wapres Gelar Halal Bihalal Bareng Pegawai Dan Media
- Bobby Tetap Mau Daftar Jadi Bacagubnya PDIP
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Amerika Serikat (AS) memperingatkan China, agar tidak berupaya merebut kembali Taiwan. Peringatan itu dilontarkan saat sejumlah pihak meragukan respons AS atas aksi China terhadap Taiwan.
Dalam sebuah acara di Universitas Nevada, Las Vegas, AS, Penasehat Keamanan Nasional AS, Robert OBrien mengatakan, China terlibat dalam pengerahan angkatan laut besar-besaran. Hal itu sebelumnya hanya terjadi saat Jerman bersaing dengan Angkatan Laut Kerajaan Inggris sebelum Perang Dunia I.
Menurut OBrien, aksi China itu berupaya agar membuat AS hengkang dari Pasifik Barat. Setelahnya, China akan segera melakukan pendaratan amfibi di Taiwan.
Baca juga : Jangan Takut Divaksin, Tubuh Jadi Kebal dari Penyakit
Meski demikian, lanjut OBrien, pendaratan amfibi sulit dilakukan. Mengingat jarak China dan Taiwan sekitar 160 kilometer dan kurangnya pantai pendaratan di pulau Taiwan. “Itu bukan hal yang mudah," ujar OBrien, seperti dikutip kantor berita Reuters.
Di AS sendiri, sebenarnya telah ada Undang-Undang (UU) yang mewajibkan Negeri Paman Sam itu memberikan Taiwan persenjataan untuk membela diri.
Komentar OBrien ini muncul, saat China terus meningkatkan aktivitas militernya di dekat Taiwan. Hal ini bertepatan di saat hubungan AS-China yang juga dalam kondisi terburuk dalam beberapa dekade terakhir.
Baca juga : MA Sunat Hukuman Anas, Dari 14 Tahun Jadi 8 Tahun
Di saat yang sama, OBrien mengulangi seruan AS, agar Taiwan meningkatkan belanja militernya untuk pertahanan. Juga melakukan reformasi militer, agar China tahu risikonya bila berani menyerang Taiwan. Bahkan agar Taiwan bisa menghalangi China dalam membangun armada militer.
Caranya, memperkuat militernya dengan lebih membanyak lagi rudal jelajah pertahanan pesisir, ranjau laut, kapal serang cepat, artileri bergerak, dan aset pengawasan yang canggih.
"Taiwan perlu mengubah diri menjadi landak secara militer. Singa pada umumnya tidak suka makan landak," kata dia, mengumpamakan.
Baca juga : Wuhan dan IMF Tebarkan Harapan di Tengah Corona
Sebelumnya, Selasa (6/10) waktu setempat, pejabat senior pertahanan AS untuk Asia Timur menyebut rencana Taiwan meningkatkan pengeluaran pertahanannya sebesar 1,4 miliar dolar AS (sekitar Rp 20,6 triliun) tahun depan. [PYB]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya