Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Status Darurat Diberlakukan, Toko Dipasangi Palang Kayu

Pilpres Bikin Rakyat AS Cemas Dan Tegang

Rabu, 4 November 2020 06:39 WIB
Pasang Papan: Suasana di kompleks pertokoan di Manhattan, New York, 
Selasa (2/11). Papan menutupi sebagian besar pintu masuk pertokoan.(Foto AFP)
Pasang Papan: Suasana di kompleks pertokoan di Manhattan, New York, Selasa (2/11). Papan menutupi sebagian besar pintu masuk pertokoan.(Foto AFP)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketatnya persaingan antara Joe Biden dan Donald Trump dalam jajak pendapat di sejumlah Negara Bagian medan pertempuran (battleground state), membuat pesta demokrasi Amerika Serikat (AS) tahun ini disambut dengan rasa tegang dan cemas.

Suasana seperti ini dinilai baru kali ini terjadi. Kecemasan itu bukannya tanpa dasar. Warga Negeri Paman Sam itu setahun belakangan sangat akrab dengan unjuk rasa hingga penjarahan. Tak mau kecolongan lagi, warga pun memasang palang di depan pintu toko. Ada juga yang menyewa aparat keamanan. Beberapa Negara Bagian juga menambah penjagaan.

“Toko Prada, Dolce&Gabbana dan Ferragamo sudah menutup toko mereka dengan papan kayu,” kata Wakil Presiden Komite Rodeo Drive, Kathy Gohari. Rodeo Drive adalah kompleks pertokoan elite di California.

“Keamanan pelanggan, rekan, aset toko dan komunitas adalah hal paling utama,” ujar juru bicara pusat perbelanjaan mewah, Saks Fifth Avenue, Manhattan, Nicole Schoenberg dilansir New York Times.

Kepolisian di Washington DC juga mengerahkan kekuatan tambahan, selama dan pasca pemilu presiden (Pilpres) untuk mengantisipasi demonstrasi.

Aksi massa sudah menjadi hal lumrah di AS pasca tewasnya George Floyd pada 25 Mei lalu. Protes berujung vandalisme dan penjarahan membuat pengusaha AS mengalami kerugian.

Baca juga : MUI Dan Ma`ruf Amin Berusaha Bikin Rakyat Tenang Dan Aman

Patroli kepolisian juga diminta untuk terus berkeliling di kawasan pertokoan, untuk menghalau perusuh yang mungkin muncul. Sejumlah pengusaha dan pemilik toko di New York juga menawarkan liburan kepada pegawainya, agar bisa ikut memilih pada Selasa (3/11) waktu setempat.

“Keinginan para pemilik usaha untuk membiarkan pegawai mereka menggunakan hak pilih kali ini sangat besar. Ini belum pernah dilakukan sebelumnya,” ujar Presiden PayPal, Dan Schuman.

“Kini pegawai di seluruh AS tidak perlu pusing kehilangan gaji jika ambil cuti di hari pemilu. Mereka pasti digaji,” tegasnya.

Schuman menyebutkan, keputusan ini disetujui lebih dari 700 perusahaan di AS, saat mengadakan pertemuan virtual akhir pekan lalu.

Kekhawatiran para pemilik usaha Paman Sam ini senada dengan kekhawatiran Biro Investigasi Federal AS (FBI). Organisasi ini memperingatkan potensi bentrok di hari pemungutan suara dan sehari setelahnya.

Potensi bentrok diprediksi terjadi di Portland. Kota ini menjadi simbol perpecahan mencolok terkait isu rasial yang bersamaan dengan Pilpres. Daerah kantong kaum Liberal di Negara Bagian Oregon itu menyaksikan demonstrasi anti-rasial dan menjadi semakin panas setelah kedatangan tentara federal dan milisi sayap kanan, termasuk Proud Boys.

Baca juga : Tanpa Restu Rakyat Sama Juga Bohong

Pemungutan suara memicu kekhawatiran bakal terjadi aksi jalanan yang lebih mematikan. Kawasan bisnis di pusat kota tutup menyusul rencana para pendukung dari dua calon presiden untuk merayakan keme- nangan. Namun kali ini, hasil pemilu Amerika Serikat tak akan langsung keluar pada Se- lasa malam 3 November, karena masih harus menunggu hasil penghitungan surat suara be- berapa hari ke depan.

“Hal yang paling mengkhawatirkan bagi saya adalah, potensi bentrokan bersenjata antara kelompok-kelompok berlawanan,” kata agen khusus FBI Portland, Renn Cannon, dikutip dari AFP, kemarin.

“Itu bisa meningkat menjadi situasi berbahaya jika suasana memanas, bisa berakhir dengan tindakan kekerasan yang tragis,” ujarnya, merujuk pada penembakan mematikan terhadap seorang pendukung sayap kanan di Portland pada Agustus lalu.

Gubernur Oregon Kate Brown telah mengeluarkan perintah eksekutif yang menyerahkan kepolisian Portland di bawah kendali pasukan Federal. Oregon merupakan Negara Bagian yang menjadi basis suara Partai Demokrat.

Kata Brown, pihaknya tahu, ada beberapa oknum yang mungkin menggunakan protes damai pada malam pemilihan umum untuk melakukan kekerasan dan perusakan properti. “Perilaku itu tidak dapat diterima,” tegasnya.

Di Negara Bagian Massachusetts, Gubernur Charlie Baker memerintahkan 1.000 anggota Garda Nasional untuk bersiaga. Berjaga-jaga, jika terjadi kekacauan setelah pemilihan.

Baca juga : Larang Peserta Pilkada Berkampanye Terbuka

Secara terpisah, para calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) men- jalani hari terakhir kampanye mereka pada Senin (2/11) waktu setempat. Trump berkampanye di lima Negara Bagian. Sedang- kan Biden, memfokuskan diri di Pennsylvania dan Ohio. Kedua capres juga dibantu tim sukses masing-masing.

Di kubu Biden, mantan Presiden AS Barack Obama berkampanye di Georgia, Florida dan Miami. Obama mengangkat isu pandemi Covid-19 dan diskriminasi ras dalam pidatonya. Dia juga mengkritik Trump seba- gai seorang diktator.

“Jika seorang Demokrat bertindak seperti Trump, saya tidak bisa mendukungnya,” kata Obama, dikutip Sydney Morning Herald.

Sedangkan sang capres Biden, dalam kampanye di Pittsburg, Pennsylvania, menyampaikan rasa optimisme. Dalam pidatonya, dia menyebut, kekuatan untuk mengubah AS ada di tangan para pemilih. Dia juga mengkritik Trump sebagai seseorang yang tidak peduli Amerika dan martabat negara. Saat warga AS memberikan suara, tegas Biden, suara itu harus didengar. Ketika warga AS memberikan suara, dia yakin pesannya akan keras dan jelas. “Inilah saatnya Donald Trump mengemasi tasnya dan pulang,” sindir Biden.

Di tempat lain, dalam kampanye terbuka di Wisconsin, Trump menghadapi sejumlah kendala teknis. Terutama pada mikrofon dan podiumnya. Dengan nada bercanda, dia menyebut bahwa pers akan memuat berita jika dia tidak membayar orang yang mengatur hal itu.

“Saya tidak membayar orang yang bekerja buruk. Tapi mereka (teknisi) tampak seperti orang baik. Jadi saya akan membayar mereka,” kelakar Trump. [PYB/DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.