Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Nafsu Kalahin China, AS Tunggu Gebrakan Biden

Sabtu, 5 Desember 2020 07:01 WIB
Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat Jenderal Mike Milley. (Foto: AP Photo)
Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat Jenderal Mike Milley. (Foto: AP Photo)

RM.id  Rakyat Merdeka - Amerika Serikat (AS) dan China, sudah lama bersitegang. Bagaimana sikap Presiden terpilih AS Joe Biden ke depannya masih menjadi tanda tanya.

Dalam forum Xiangshan, yang menghimpun pakar kebijakan militer dan internasional, mereka memperdebatkan struktur kendali senjata yang diberlakukan pada akhir Perang Dingin antara Rusia dan AS.

Untuk diketahui, AS di bawah pemerintahan Trump sudah lama waswas soal pengembangan nuklir yang dilakukan China. Politisi Republik itu telah bersikeras meminta China bergabung dalam Perjanjian Pengurangan Senjata strategis AS-Rusia (New START) 2010.

Namun, China menolak. Alasannya, persenjataan nuklirnya yang jauh lebih kecil. China juga meminta baik AS dan Rusia mengurangi persediaannya terlebih dahulu. Sejumlah akademisi dan penasihat militer menyarankan China agar memperbarui diskusi terkait kepemilikan senjata.

Baca juga : Rangkul Seniman Indonesia, MayinArt Gelar Pameran Multidimensi

Terkait hal ini, Dekan Institut Hubungan Internasional Universitas Tsinghua, Yan Xuetong, mengaku, terpilihnya Biden belum tentu berdampak pada mencairnya hubungan China-AS.

“Ketidakpastian masih akan menjadi karakteristik pada tahun-tahun mendatang. Dunia pasti akan menjadi lebih kacau,” katanya dalam forum tersebut.

Menurut Yan Xuetong, Biden akan mengambil pendekatan multilateral. Di saat yang sama, China justru akan semakin menekan. Seperti dikutip dari South China Morning Post kemarin, pejabat militer negeri adidaya itu menyarankan revolusi teknologi jika mau lebih unggul dari Beijing.

Untuk jaga-jaga, Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS, Jenderal Mike Milley mengatakan, kecanggihan teknologi dan kekuatan robot serta kecerdasan buatan perlu dikembangkan pasukan militer dalam melawan kekuatan Negeri Tirai Bambu itu.

Baca juga : Masuk Minggu Ke-3 TC, Timnas Indonesia Tunggu Arahan Shin Tae-yong

Tidak hanya itu, Milley juga mengatakan, pasukan yang berjumlah lebih kecil serta mampu dipersenjatai rudal jarak jauh perlu disebar di seluruh Asia. “Kita berada di tengah perubahan mendasar dalam jenis perang,” ungkapnya, seperti dikutip South China Morning Post, kemarin.

Terkait perubahan mendasar tersebut, Milley menyoroti kebutuhan amunisi berpemandu presisi, drone, peralatan robotik lainnya, serta komunikasi satelit canggih. Menurutnya, pihak yang menguasai beberapa aspek teknologi tersebut akan menjadi penentu dalam perang.

“Jika kita menambahkan kecerdasan buatan dan Anda melakukan kerja sama manusia-mesin dan lainnya, kita akan memiliki perubahan mendasar,” jelas Milley. Dia juga mengatakan, senjata robotik akan ada di banyak sektor dalam 10 atau 15 tahun mendatang

Milley merasa, China akan bisa melakukan perubahan tersebut dengan cepat. “Mereka tidak ingin menyamai kita, tapi melebihi kita, mendominasi kita, dapat mengalahkan kita dalam konflik bersenjata,” lanjut Milley.

Baca juga : Sasar Pasar Gaming, Advan Luncurkan G9

Pandangan ini seolah bertolak belakang dengan misi Biden. Politikus Demokrat itu mengatakan, AS harus mengurangi kegarangan militernya di luar negeri. Mantan Wakil Presiden era Presiden Obama itu menilai, pangkalan permanen di tempat-tempat seperti Korea Selatan dan Bahrain membuat pasukan AS, keluarga dan staf mereka berada di posisi berbahaya. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.