Dark/Light Mode
Debat Terakhir Capres AS Nggak Asyik
Trump Dan Biden Terlalu Sopan
RM.id Rakyat Merdeka - Debat terakhir Pilpres Amerika Serikat (AS), kemarin, tak sepanas dan seasyik, debat sebelumnya. Kedua Calon Presiden (Capres), baik Donald Trump maupun Joe Biden, tampil terlalu sopan.
Debat pamungkas itu berlangsung di Nashville, Tennessee. Salah satu negara bagian dengan penduduk terpadat di Negeri Paman Sam. Penonton yang hadir terbatas, hanya sekitar 200 orang yang mengisi aula debat Belmont University di Nashville.
Debat yang berlangsung selama 90 menit itu, disiarkan secara live, pagi kemarin waktu Indonesia atau Kamis malam Waktu AS.
Ada 6 topik hangat yang diusung dalam debat itu. Yaitu, “Memerangi Covid19”, “Keluarga Amerika”, “Ras di Amerika”, “Perubahan Iklim”, “Keamanan Nasional”, dan “Kepemimpinan”.
Baca juga : Trump Diprediksi Sulit Ubah Hati Pemilih
Trump lebih jinak dalam debat ini. Ledakan-ledakan emosinya cenderung ditahan. Tak terlihat adanya pukulan telak yang dikeluarkan sepanjang debat.
Pilihan kata atau diksi juga lebih terkontrol. Termasuk ketika memanggil lawan debatnya. Rival Trump dari Partai Demokrat itu dipanggil dengan nama depan “Joe”.
Bahkan, moderator debat, Kristen Welker dipuji Trump. Penampilan yang jauh dari karakter Trump biasanya. Di mana moderator di debat sebelumnya berulangkali dihina Trump.
Aturan tambahan di debat terakhir, yakni soal kebijakan on-off mikrofon, diperkirakan menjadi faktor penentu lebih tertib dan sopannya debat ke marin. Sehingga ketika salah satu Capres mendapat jatah bicara, maka pelantang suara lawan debatnya dimatikan. Sehingga masing-masing calon tidak bisa menyela, sebebas biasanya.
Baca juga : Iran Janji Tak Bakal Jorjoran Beli Senjata
Aturan ini dibikin oleh Komisi Debat Presiden agar tidak terjadi interupsi berlebihan, sebagaimana yang terjadi dalam debat Capres pertama, akhir September lalu. Di debat ini, perlawanan kedua Capres lebih sering ditunjukkan lewat gestur. Seperti dengan gelengan kepala tanda tidak setuju atau tersenyum sinis ketika merespons jawaban lawan.
Sepanjang debat, Biden sempat beberapa kali melontarkan komentar pedas. Antara lain, ketika menyinggung buruknya pe nanganan pandemi Covid-19 di AS. Yang menyebabkan angka kematian meningkat, hingga lebih dari 220.000 orang.
“Siapa pun yang bertanggung jawab atas banyak kematian itu tidak boleh jadi presiden,” kata Biden, menyentil Trump. Namun, sang incumbent menanggapi sentilan itu dengan santai. “(Virus) itu
sedang menghilang,” tambahnya. Respons yang sama juga ia tunjukkan ketika Biden menyerang soal penanganan imigran yang tidak manusiawi dan perlakuan Trump terhadap kaum kulit hitam. “Saya orang paling tidak rasis di ruangan ini,” sergah Trump, seraya menyamakan dirinya dengan Abraham Lincoln, Presiden AS yang menghapus perbudakan pada 1863.
Baca juga : Anas Tak Puas Cuma Dapat Diskon 6 Tahun
Serangan Biden yang menuding Trump melegitimasi penguasa diktator Korea Utara Kim Jong Un, karena hubungan baik antar keduanya juga ditanggapi dengan tenang. Meskipun dengan sedikit nada kesal. “Memiliki hubungan baik dengan para pemimpin negara lain adalah hal baik,” bela Trump, sesaat hendak di sela moderator.
Trump juga sempat menyerang Biden soal dugaan korupsi yang melibatkan putranya Hunter di China dan Ukraina. Meskipun eks Wakil Presiden era Barrack Obama itu menyanggahnya. Lalu mengklaim dirinya tak pernah menerima sepeserpun menerima dana asing ketika berkuasa. [SAR]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.