Dark/Light Mode

Penasehat Keamanan Trump: China, Ancaman Abad Ini

Kamis, 22 Oktober 2020 17:55 WIB
Penasehat Keamanan Nasional Presiden Donald Trump, Robert OBrien (kiri). [Foto: nationalinterest.org]
Penasehat Keamanan Nasional Presiden Donald Trump, Robert OBrien (kiri). [Foto: nationalinterest.org]

RM.id  Rakyat Merdeka - Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan China tampaknya bakal terus panas.

Kemarin, Penasihat Keamanan Nasional Presiden Donald Trump, Robert OBrien, menuduh China mencoba mencuri penelitian vaksin Covid-19 dari Barat. Yang membuat mereka sebagai saingan jahat yang berusaha memonopoli setiap industri penting di abad ke-21.

Dikutip kantor berita Reuters, Trump mengidentifikasi China sebagai pesaing utama AS. Partai Komunis China juga dituding mengambil keuntungan atas aktivitas perdagangan. Selain itu, China juga dianggap berbohong soal wabah virus Corona.

Kepada pejabat tinggi militer dan intelijen Inggris dan AS, 'Brien menyebut China dengan istilah “kekuatan pemangsa”, yang menekan rakyatnya dan berusaha memaksa negara-negara tetangganya sendiri dan kekuatan Barat.

Baca juga : Begini Persiapan Timnas U-16 Lawan UEA Hari Ini

Saat ini, lanjut O'Brien, Partai Komunis China sedang mencari dominasi di semua domain dan sektor. Termasuk berencana memonopoli setiap industri yang penting hingga abad ke-21.

Baru-baru ini, ungkapnya, China melakukan spionase melalui dunia maya. Targetnya, perusahaan yang mengembangkan vaksin dan penanganan Covid-19 di Eropa, Inggris, dan AS. "Sambil mereka menggembar-gemborkan perlunya kerja sama internasional," ucap OBrien.

Selama ini, lanjutnya lagi, Barat selama beberapa dekade telah memberikan konsesi kepada China. Termasuk berupa keanggotaan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Karena percaya mereka akan terbuka secara ekonomi dan politik.

Sayangnya, sambung OBrien, itu adalah janji yang sampai hari ini tidak ditepati. "Sebaliknya, para pemimpin partai Komunis China, menggandakan pendekatan totaliter dan merkantilis, dan ekonomi yang didominasi negara," ujar bekas pengacara asal Los Angeles itu.

Baca juga : Berenang Di Tengah Pandemi Covid-19, Aman Nggak Sih?

Merkantilisme merupakan praktik dan teori ekonomi yang dipromosikan lewat peraturan ekonomi pemerintahan suatu negara. Tujuannya, menambah kekuasaan negara dengan mengorbankan kekuatan nasional saingannya. Secara historis, kebijakan ini sering menyebabkan perang dan juga termotivasi untuk melakukan ekspansi kolonial.

Pada 1979, lanjut OBrien, ekonomi China bahkan lebih kecil dari Italia. Tapi setelah membuka diri untuk investasi asing dan memperkenalkan reformasi pasar, China menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia.

Sekarang, China jadi salah satu pemimpin global dalam berbagai teknologi abad ke-21. Seperti kecerdasan buatan, pengobatan regeneratif, dan polimer konduktif. "Tapi, respons China terhadap virus Corona malah menghapus semua keyakinan tentang niatnya," tegasnya.

O'Brien mengatakan, China telah mengkooptasi organisasi internasional. Bahkan memaksa mereka memasang peralatan telekomunikasi China di fasilitas mereka. Dia menuduh Partai Komunis memblokir perusahaan asing sambil mensubsidi perusahaannya sendiri.

Baca juga : Putra Amien Rais Kecelakaan Di Tol Cipali

Dia mencotohkan proyek internasional andalan China, yang disebut Belt and Road Initiative (BRI). Proyek itu melibatkan penawaran pinjaman tidak berkelanjutan pada negara-negara miskin, untuk membangun proyek infrastruktur, dengan menggunakan perusahaan dan buruh China. Lalu, ketergantungan negara-negara itu pada utang China, membuat kedaulatan mereka terkikis. [PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.