Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Setelah melakukan penelusuran, pengadilan Amerika Serikat menemukan bukti kuat yang menunjukkan, serangan ke Gedung Capitol pada 6 Januari lalu bukan serangan tiba-tiba, tapi sebuah serangan terencana.
Diberitakan Channel News Asia, Rabu (10/2), semuanya berawal dari cuitan mantan Presiden Donald Trump pada 19 Desember 2020 yang berbunyi: "Protes besar di DC pada 6 Januari. Hadirilah, dan menggilalah!"
Lalu ditemukan cuitan balasan yang mengacu pada rencana demo. "Kami akan kesana," jawab salah satu pengikut Trump, Gina Bisignano, seorang pemilik salon di Beverly Hills, pada 19 Desember lalu.
Sementara Ethan Nordean di Washington dan Eneique Tarrio di Florida tengah bertemu virtual untujkmembahas acara penyerbuan pada 6 Januari.
Baca juga : Partai Gelora Ingatkan Pentingnya Pemahaman Geopolitik Internasional
Dokumen pengadilan menyebut, pemimpin serangan ke Gedung Capitol, setidaknya yang paling tampak terorganisir, adalah Proud Boys dan Oath Keepers. Disebutkan bahwa perencanaan dilakukan oleh Nordean dan Tarrio, yang merupakan pimpinan Proud Boys, kelompok sayap kanan yang dikenal ekstrem.
Menurut dokumen pengadilan, Nordean pada 27 Desember menyerukan kepada para pengikutnya untuk menggalang dana guna membeli alat pelindung dan perlengkapan komunikasi.
Sepekan kemudian, dia dan Tarrio memberitahu pengikut mereka dalam sebuah podcast untuk memakai pakaian serba hitam dan menyatakan mereka harus siap bertempur. "Kita dipandang hampir seperti tentara sayap kanan. Hal ini nyata. Kita sedang berperang," cetus Tarrio dalam podcast itu.
Tak jauh berbeda, Thomas Caldwell yang disebut sebagai komandan Oath Keepers, kelompok sayap kanan yang beranggotakan mantan tentara dan polisi yang dikenal kasar, didakwa merencanakan tindak kekerasan serius. Dia berangkat dari Berryville, Virginia yang berjarak 100 kilometer dari Washington DC.
Baca juga : Irjen Napoleon Klaim Punya Bukti Rekaman Percakapan Dengan Tommy Sumardi
Dokumen pengadilan menyebut Caldwell mengatur rencana bertemu di luar Washington DC dengan para anggota milisi bersenjata di sekitar kawasan itu.
Dalam jajaran Proud Boys atau Oath Keepers, juga di kalangan pendukung konspirasi Qanon dan penggemar berat Trump, pesannya jelas sejak awal: Trump ingin kalian bergerak ke Washington untuk menghentikan Kongres mengesahkan kemenangan Joe Biden pada 6 Januari.
Usai cuitan Trump pada Desember 2020, banyak pendukungnya yang mengumumkan rencana pergi ke Washington DC, dengan beberapa di antara mereka, murni ingin bergabung dalam aksi mendukung Trump untuk terakhir kalinya. Namun yang lain berbicara soal penghentian pengesahan dan menyakiti “para pengkhianat” di Kongres AS.
Dokumen pengadilan menyebut, orang-orang itu melakukan persiapan, dengan puluhan di antaranya membawa helm tempur, senjata kejut listrik, rompi pelindung tubuh, perlengkapan komunikasi dan semprotan merica. Beberapa orang bahkan membawa senjata api.
Baca juga : Patuh Prokes Sudah Terbukti Tekan Laju Penularan Corona
Malam sebelum 6 Januari, seseorang meletakkan bom pipa di dua lokasi berbeda dekat Gedung Capitol. Bom itu ternyata tidak meledak dan mungkin dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian polisi saat penyerbuan Gedung Capitol dimulai.
Usai penyerbuan terjadi, orang-orang tersebut menyatakan mereka telah berhasil, melakukan apa yang mereka rencanakan terhadap Gedung Capitol.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya