Dark/Light Mode

Selandia Baru Masih Dihantui Tragedi Masjid Christchurch

Selasa, 16 April 2019 10:33 WIB
Seorang petugas kepolisian Christchurch berjaga di depan Masjid Al Noor untuk memastikan tidak ada aksi vandalisme atau teror di sekitar masjid tersebut. (Foto : SBS).
Seorang petugas kepolisian Christchurch berjaga di depan Masjid Al Noor untuk memastikan tidak ada aksi vandalisme atau teror di sekitar masjid tersebut. (Foto : SBS).

RM.id  Rakyat Merdeka - Meski sebulan berlalu, kengerian penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, masih bisa dirasakan Warga. Terutama oleh keluarga korban.

Serangan teroris, penembakan brutal terhadap jamaah salat Jumat pada 15 Maret 2019 menewaskan 50 orang dan melukai puluhan lainnya. Insiden bertempat di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood. Kedua masjid saling berdekatan dan sama-sama penting bagi komunitas Muslim di sana.

“Ini adalah tragedi yang mengagetkan kami, sebuah negara multikultur yang menjunjung toleransi,” ujar Kuasa Usaha Kedutaan Besar Selandia Baru di Jakarta Roy Ferguson.

Ferguson berbicara dalam diskusi terbuka bertajuk ‘The Mosque Attack: Impacts, Repercussions and Responses’ di Bengkel Diplomasi FPCI, Jakarta, kemarin.

Baca juga : Punya Menantu Orang Medan, Jokowi Makin Pede di Sumut

Ferguson berterima kasih atas simpati negara sahabat, terutama Indonesia. “Kita sama. Selandia Baru dan Indonesia sama-sama mendukung keberagaman dan menjunjung toleransi berbudaya dan beragama. Maka dari itu, terorisme seperti ini tidak hanya melukai segelintir orang, tapi melukai kami senegara,” ujarnya.

Dia mengulang pernyataan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern yang menegaskan akan fokus melindungi semua warganya tanpa memandang asal usul dan latar belakang.

“Kami termasuk negara yang cepat tanggap dan segera mengimplementasikan peraturan untuk memastikan keamanan warga kami,” jelas Ferguson.

Peraturan yang dia maksud adalah undang-undang pelarangan senjata api semiotomatis. Tidak hanya itu Negeri Kiwi itu juga memberlakukan hukuman keras dan tegas bagi pelaku yang ketahuan melanggar peraturan ini.

Baca juga : Kasih Bantuan Ke Santri, Jangan Kasih Hoaks

Selandia Baru juga melarang penjualan segala jenis suku cadang senjata api semi otomatis dan juga peluru. Undang-undang yang mengatur pelarangan penjualan dari dalam dan luar negeri pun sudah disahkan.

“Kami tidak mau ini terulang kembali. Kami tidak mau warga kami ketakutan. Karena jujur, kami semua masih dihantui insiden sebulan lalu,” aku Ferguson.

Sementara itu, Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menegaskan, serangan di dua masjid di Selandia Baru sebulan lalu tidak ada hubungannya dengan Islam.

“Semua orang tahu terorisme itu tidak berdasarkan agama mana pun. Semua pemuka agama di dunia ini mengutuk serangan itu,” ujar Nasaruddin Umar menimpali pernyataan Ferguson.

Baca juga : Korban Tragedi Christchurch Ikhlas Maafkan Sang Teroris

“Atas nama apa pun, untuk kepentingan apa pun, kekerasan berdasarkan agama apalagi mengorbankan orang yang beribadah itu sangat tidak bisa dibenarkan,” tegasnya.

Selanjutnya, Selandia Baru mengajak Indonesia untuk bersama memberantas terorisme. “Kami terus bekerja sama dengan Indonesia untuk memberantas terorisme. Memberantas orang-orang yang mengatasnamakan agama untuk membunuh sesama,” tegasnya. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.