Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Jumlah Jutawan Dunia Nambah 5.2 Juta Orang Di Era Pandemi

Yang Kaya Makin Tajir, Yang Miskin Kian Kere

Kamis, 24 Juni 2021 05:18 WIB
Ini adalah Jeff Bezos, orang terkaya di dunia. Kekayaannya mencapai193,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 2.767 triliun (kurs Rp14.300 per dolar ASas). Kekayaan Jeff Bezos ini mengalahkan APBN Indonesia 2021 sebesar Rp 2.750 triliun. (Foto : Cliff Owen/AP/REX/Shutterstock).
Ini adalah Jeff Bezos, orang terkaya di dunia. Kekayaannya mencapai193,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 2.767 triliun (kurs Rp14.300 per dolar ASas). Kekayaan Jeff Bezos ini mengalahkan APBN Indonesia 2021 sebesar Rp 2.750 triliun. (Foto : Cliff Owen/AP/REX/Shutterstock).

RM.id  Rakyat Merdeka - Di tengah pertumbuhan ekonomi dunia yang sedang lesu akibat pandemi Covid-19, jumlah orang kaya secara global justru meroket. Lebih dari lima juta orang men­jadi jutawan di seluruh dunia pada 2020.

Berdasarkan penelitian Credit Suisse yang dikeluarkan, Selasa (22/6), jumlah jutawan meningkat 5,2 juta orang menja­di 56,1 juta orang secara global. Angka ini diikuti dengan jumlah orang miskin yang juga ikut naik.

Seperti dikutip BBC, Rabu (23/6), pada 2020 lebih dari 1 persen orang dewasa di seluruh dunia menjadi jutawan untuk pertama kalinya. Kekayaan mereka dampak dari pulihnya pasar saham dan melonjaknya harga rumah.

Baca juga : Airlangga: Kami Belajar Seimbangkan Gas Dan Rem

Ekonom dan penulis Laporan Kekayaan Global Anthony Shorrocks mengatakan, pandemi memiliki dampak jangka pendek yang akut pada pasar global, tetapi kondisi itu sebagian besar terbalik pada akhir Juni 2020.

“Kekayaan global tidak han­ya stabil dalam menghadapi gejolak seperti itu. Tetapi pada kenyataannya meningkat pesat di paruh kedua tahun ini,” ungkapnya.

Meski jumlah orang kaya ber­tambah selama masa pandemi, Shorrocks menemukan bahwa kesenjangan sosial antara go­longan kaya dan warga miskin menjadi semakin lebar.

Baca juga : Kaget 8 Juta Warga Inggris Tak Punya Makanan, Bocah Bagikan Masakannya

Kepala investasi di Credit SuisseNannette Hechler-Fayd’herbe, menilai, fenomena itu dapat terjadi karena adanya penurunan banyak bank sentral di seluruh dunia.

Nannette menjelaskan, dengan adanya penurunan suku bunga dari bank sentral setiap negara, dapat membantu meningkatkan harga saham dan harga ru­mah selama masa pandemi. Peningkatan harga saham dan harga rumah inilah yang menjadi alasan utama sejumlah orang dapat meraup untung semasa pandemi.

“Ini adalah alasan utama mengapa harga saham dan harga rumah telah berkembang. Dan ini diterjemahkan langsung ke penilaian kami terhadap jumlah kekayaan yang dimiliki masyarakat,” kata Nannette.

Baca juga : Yang Kaya Makin Kaya, Yang Kere Makin Kere

Jadi tidak heran, paparnya, bila selama pandemi yang kayamenjadi semakin tajir dan yang miskin menjadi semakin kere. Sejumlah orang kaya yang memiliki sejumlah aset saham atau rumah mengalami pening­katan kekayaan. Sedangkan, bagi mereka yang tidak punya aset-aset tersebut, terpaksa harus berjuang melawan ‘sik­saan’ ekonomi semasa pan­demi. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.