Dark/Light Mode

Trump Desak OPEC Tingkatkan Produksi, Harga Minyak Dunia Turun

Senin, 29 April 2019 09:10 WIB
Presiden AS Donald Trump (Foto: Istimewa)
Presiden AS Donald Trump (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Harga minyak dunia turun di perdagangan Asia pada Senin (28/4), memperpanjang penurunan dari Jumat (26/4/2019) yang mengakhiri reli beberapa minggu, setelah Presiden AS Donald Trump mendesak klub produsen OPEC untuk meningkatkan produksi.

Minyak mentah berjangka Brent berada di 71,72 dolar AS per barel pada pukul 00.39 GMT (07.39 GMT), atau turun 43 sen AS atau 0,6 persen, dari penutupan terakhir mereka.

Minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di 62,92 dolar AS per barel, turun 38 sen AS atau 0,6 persen, dari penyelesaian sebelumnya.

Baca juga : Pameran Pangan Nusantara Tingkatkan Peluang Investasi Produk Unggulan Daerah

Kedua kontrak acuan turun sekitar tiga persen di sesi sebelumnya. Bank ANZ mengatakan pada Senin (29/4), harga minyak terpukul setelah Presiden Trump mengindikasikan ia telah berbicara dengan Arab Saudi tentang upaya mengurangi dampak ekspor minyak Iran, yang lebih rendah dengan meningkatkan aliran di tempat lain.

Trump mengaku telah menelepon Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mengatakan kepada kartel untuk menurunkan harga minyak, pada Jumat (26/4).

 “Harga bensin turun. Saya menelepon OPEC. Saya katakan, Anda harus menurunkannya. Anda harus menurunkannya," kata Trump kepada pers.

Baca juga : Produksi Mobil Desa Dipatok Capai 12 Ribu

Pernyataan itu memicu aksi jual, menempatkan setidaknya pagu sementara reli harga minyak pada 40 persen sejak awal tahun. Reli telah mendapatkan momentum pada April, setelah Trump memperketat berbagai sanksi terhadap Iran, dengan mengakhiri semua pengecualian yang sebelumnya dimiliki pembeli utama di Asia.

Para pedagang mengatakan pasar telah mengalihkan fokusnya pada pengurangan pasokan sukarela yang dipimpin oleh klub produsen OPEC, yang didominasi Timur Tengah, sejak awal tahun. Pemotongan telah didukung oleh beberapa produsen non-OPEC, terutama Rusia.

Namun, analis mengatakan kerja sama ini mungkin tidak akan bertahan melebihi pertemuan antara OPEC dan sekutunya , sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, dijadwalkan pada Juni.

Baca juga : Indonesia Kembangkan Green Avtur Dari Minyak Sawit

Rusia mengatakan dapat memenuhi kebutuhan permintaan minyak China, karena Beijing mencoba mengganti impor yang biasanya didapat dari Iran.

"Rusia tampaknya memiliki setiap alasan untuk memulai kembali meningkatkan produksi, dan mulai menjadi tidak akan melihat OPEC + setuju untuk memperpanjang pengurangan produksi. Alasannya, untuk menutupi kekurangan dari Iran," kata Edward Moya, analis senior di pialang berjangka OANDA. [MEL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.