Dark/Light Mode

Pake Kostum Squid Game

80 Ribu Buruh Korsel Tuntut Kenaikan Upah

Sabtu, 23 Oktober 2021 08:50 WIB
Buruh demonstrasi di Seoul, Korea Selatan, mengenakan kostum Squid Game. (Foto: Reuters).
Buruh demonstrasi di Seoul, Korea Selatan, mengenakan kostum Squid Game. (Foto: Reuters).

RM.id  Rakyat Merdeka - Sekitar 80.000 buruh melaku­kan aksi demo di 13 kota di seluruh Korea Selatan (Korsel). Di Seoul, sekitar 27.000 buruh mendesak peningkatan kondisi kerja lebih baik dan upah minimum.

Dalam aksi Rabu (20/10) itu, para buruh mengenakan kostum Squid Game, serial di Netflix yang sedang populer. Pakaian Squid Game merepresentasi­kan pesan dari serial tersebut bahwa mereka juga pekerja yang mempertaruhkan nyawa untuk mencari nafkah.

Konfederasi Serikat Buruh Korea Selatan yang terdiri atas pekerja pabrik, pegawai non-kontrak, pengantar maka­nan, dan lainnya, bukan hanya menuntut kenaikan upah minimum. Tapi juga mendesak ja­minan kelanjutan bagi pegawai non-kontrak.

Baca juga : Jateng Juara Kasus Baru, Aceh Ranking 1 Kasus Kematian

Berdasarkan aturan di Kor­sel, para pegawai kantor dan pabrik harus melalui 1 sampai 2 tahun masa kerja dengan status non-kontrak sebelum diangkat menjadi karyawan kontrak dan tetap.

Serikat menuntut jaminan keamanan kerja karena khawatir akan ada pemberhentian atau pemecatan sepihak di tempat kerja sebelum mencapai status karyawan tetap.

Kepala Biro Korsel Channel News Asia Lim Yun Suk dalam cuitannya mengatakan, beberapa pekerja mengatakan, kondisi mereka mirip dengan karakter Squid Game.

Baca juga : Covid-19 Ngamuk Lagi, Rupiah Butuh Suntikan Vaksin

“Mereka juga berjuang untuk mencari nafkah,” kata Lim.

Lee Chang Keun, mantan pekerja Ssangyong Motors, mengatakan kepada ABCNews, beberapa adegan dalam serial itu sulit untuk ditonton.

“Dalam Squid Game Anda melihat karakter yang berjuang untuk bertahan hidup setelah diberhentikan di tempat ker­ja. Berjuang untuk berbisnis restoran ayam goreng atau bekerja sebagai pengemudi ‘daeri’. Itu mengingatkan pada teman kerja saya yang meninggal,” tuturnya.

Baca juga : Pantau Gambut Dorong Pemegang Konsesi Patuhi Kewajiban Restorasi

Pemerintah Korsel sebelum­nya mengeluarkan pernyataan bahwa unjuk rasa tersebut ilegal dan melanggar aturan pencegahan Covid-19. Apalagi negara itu sedang terjadi lonjakan kasus infeksi. Sebagian wilayah Kor­sel memberlakukan larangan berkumpul. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.