Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Dilema Perempuan Karier (2)

Tantangan Konseptual (3)

Rabu, 16 Februari 2022 07:30 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam ilmu biologi juga terungkap beberapa kontroversi. Pertanyaan mendasar sering muncul ialah apakah faktor biologi berperan dalam tingkat kecerdasan, kesadaran, dan prilaku manusia? Apakah perbedaan prilaku laki-laki dan perempuan dapat diterangkan secara biologis, atau kultur, atau interaksi antara keduanya? Lebih khusus lagi, apakah faktor biologi mempunyai efek dan menentukan dalam pembagian peran jender?

Laki-laki dan perempuan mempunyai kromosom seksual yang berbeda. Perempuan mempunyai dua kromosom yang sejenis, yaitu XX, karenanya disebut homogametic sex, dan laki-laki mempunyai dua kromosom yang berbeda; satu di antaranya sama dengan perempuan, X dan lainnya, Y, khusus bagi laki-laki. Laki-laki disebut heterogametic sex karena ia mempunyai dua jenis kromosom (XY).

Baca juga : Tantangan Konseptual (2)

Sebenarnya, para ahli genetik pun mengakui bahwa manusia adalah makhluk biologis yang mempunyai karakteristik tersendiri. Perkembangan kesadaran dan kecerdasan manusia tidak semata-mata ditentukan oleh faktor genetik tetapi juga faktor lingkungan (environment). Kalangan feminis menyebut diskursus ini sebagai “teka teki hormonal” (the hormone puzzle) yang amat sulit dijelaskan. Sesuatu yang masih bersifat kontroversi tidak tepat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap seseorang.

Dari sisi faktor budaya, kenyataan budaya di dalam masyarakat kita belum memberikan tempat yang setara antara laki-laki dan perempuan. Kalau dalam masyarakat tradisional dikenal pembagian kerja secara seksual, laki-laki sebagai pemburu (hunter) dan perempuan sebagai pengasuh (nurturer), maka hal yang sama masih juga dijumpai dalam masyarakat modern.

Baca juga : Tantangan Konseptual (1)

Perempuan merasa disudutkan di ruang domestik, dengan tanggung jawab mengurus segenap urusan internal rumah tangga, termasuk mengasuh dan mendidik anak. Sedangkan laki-laki bebas menikmati udara segar di ruang publik, tanpa harus terdekonsentrasi oleh urusan reproduksi. Wilayah publik bagaikan dinasti kaum laki-laki. Jika perempuan bermaksud mendekati wilayah ini maka mereka harus bersedia menanggung berbagai cost dan resiko. (*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.