Dewan Pers

Dark/Light Mode

Dilema Perempuan Karier (2)

Tantangan Konseptual (2)

Selasa, 15 Februari 2022 07:30 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Konsep-konsep keilmuan ikut mengambil bagian dalam pemojokan kaum perempuan. Bukan hanya dalam bidang antropologi, sosiologi, sejarah, dan ilmu-ilmu sosial lainnya, tetapi juga ilmu-ilmu kealaman seperti biologi dan kimia.

Berita Terkait : Tantangan Konseptual (1)

Epistimologi keilmuan beberapa disiplin ilmu masih sarat dengan bias laki-laki. Kalangan filosof Yunani jelas-jelas memberikan pandangan minor terhadap perempuan, seperti yang pernah diungkapkan Protagoras (485-410SM): “Man is the measure of all things” (Laki-laki menjadi ukuran terhadap segala sesuatu). Laki-laki dikonsepsikan sebagai makhluk produktif sedangkan perempuan dikonsepsikan sebagai makhluk reproduktif, di mana siklus kehidupannya berkisar di antara fungsi organ reproduksi yang dimilikinya. Acuan seperti ini dinilai tidak adil karena dapat mengakibatkan marginalisasi, subordinasi, dan diskriminasi terhadap perempuan. Patriarkalisasi dunia keilmuan berlangsung sampai sekarang, dengan mengambil bentuk metodologi keilmuan yang bias jender.

Berita Terkait : Apa Yang Salah? (2)

Secara antropologis, perempuan seringkali digambarkan sebagai makhluk domestik dan the second sex di dalam teori kinship. Seolah tidak pantas seorang perempuan menyetarakan diri dengan laki-laki.

Berita Terkait : Apa Yang Salah? (1)

Para sosiolog juga banyak mendukung dan mempertahankan teori struktural fungsionalisme yang menetapkan pembagian kerja secara seksual, laki-laki di sector public dan perempuan di sector domestik. Dalam ilmu sejarah, seolah laki-laki sebagai subjek sejarah dan perempuan hanya sebagai obyek. Seakan-akan yang membuat sejarah adalah laki-laki (ingat kata history: his=kata kepunyaan untuk laki-laki dan story=peristiwa).