Dark/Light Mode
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
RM.id Rakyat Merdeka - Mahasiswa turun ke jalan pekan lalu untuk menolak wacana penundaan pemilu dan presiden tiga periode. Namun, demonstrasi mahasiswa ternoda dengan adanya perilaku kekerasan peserta demo. Salah satu korban kekerasan amuk massa adalah Ade Armando. Dosen Universitas Indonesia dan pegiat media sosial itu babak belur dikerubuti massa. Saya punya pengalaman menarik mengundang Ade Armando dalam acara talkshow Sarwo Sarwi Pedalangan TVRI beberapa tahun silam. Bincang politik dibalut kearifan budaya wayang sangat menarik. Karena yang dikritik maupun pengkritik sama-sama legowo, tidak ada yang merasa disakiti. Kekerasan yang dialami Ade Armando tidak perlu terjadi kalau semua pihak dapat menahan diri.
“Kekerasan tidak menyelesaikan masalah, Mo,” celetuk Petruk. Romo Semar mengangguk mengamini apa yang dikatakan Petruk. Semar galau dengan rencana kenaikan beberapa harga kebutuhan pokok masyarakat. Rencana kenaikan gas elpiji, BBM jenis Pertalite, dan listrik tidak bisa dihindari lagi. Kita tidak mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga minyak dunia. Devisa kita justru tergerus karena mengimpor migas lebih besar. Lifting minyak kita terus merosot selama dasawarsa terakhir ini. Minimnya investasi di sektor migas dan lambatnya transisi energi menjadi penyebab lifting kita stagnan dan cenderung turun terus.
Baca juga : Togog Gugat Konstitusi
Ingatan Romo Semar kembali ke zaman Mahabarata. Di mana terjadi persaingan politik antara Patih Gandamana dengan Harya Suman di Kerajaan Hastina. Kekerasan politik Hastina bukan saja menimbulkan jatuhnya banyak korban jiwa. Akan tetapi sebagai pemicu terjadinya perang besar antara Hastina melawan Prenggondani.
Kocap kacarito, Harya Suman dan kakaknya Dewi Gendari membuat kesepakatan jahat untuk melengserkan Prabu Pandu dan Patih Gandamana dari tampuk pimpinan Hastina. Gendari sakit hati cintanya ditolak oleh Pandu. Selain itu tahta kerajaan Hastina semestinya menjadi haknya suaminya Drestarastra. Karena Drestarastra cacat netro atau buta. Maka kekuasaan Hastina diberikan kepada adiknya Pandu.
Baca juga : Puasanya Begawan Ciptaning
Harya Suman memalsukan surat resmi dari Prabu Trembaka raja Prenggondani kepada Prabu Pandu. Surat yang tadinya berisi permintaan maaf tidak bisa sowan diganti menjadi surat tantangan perang. Harya Suman sengaja mengadu domba Trembaka dengan Pandu. Trembaka selama ini dikenal sebagai sahabat dan murid Pandu. Maka begitu membaca surat tantangan perang, Pandu sedikit banyak tidak percaya begitu saja. Maka diutuslah patih Gandamana untuk memastikan maksud surat dari Prenggondani.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.