Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Gandamana Vs Sengkuni

Senin, 18 April 2022 06:15 WIB
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
Dalang Wayang Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Mahasiswa turun ke jalan pekan lalu untuk menolak wacana penundaan pemilu dan presiden tiga periode. Namun, demonstrasi mahasiswa ternoda dengan adanya perilaku kekerasan peserta demo. Salah satu korban kekerasan amuk massa adalah Ade Armando. Dosen Universitas Indonesia dan pegiat media sosial itu babak belur dikerubuti massa. Saya punya pengalaman menarik mengundang Ade Armando dalam acara talkshow Sarwo Sarwi Pedalangan TVRI beberapa tahun silam. Bincang politik dibalut kearifan budaya wayang sangat menarik. Karena yang dikritik maupun pengkritik sama-sama legowo, tidak ada yang merasa disakiti. Kekerasan yang dialami Ade Armando tidak perlu terjadi kalau semua pihak dapat menahan diri.

“Kekerasan tidak menyelesaikan masalah, Mo,” celetuk Petruk. Romo Semar mengangguk mengamini apa yang dikatakan Petruk. Semar galau dengan rencana kenaikan beberapa harga kebutuhan pokok masyarakat. Rencana kenaikan gas elpiji, BBM jenis Pertalite, dan listrik tidak bisa dihindari lagi. Kita tidak mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga minyak dunia. Devisa kita justru tergerus karena mengimpor migas lebih besar. Lifting minyak kita terus merosot selama dasawarsa terakhir ini. Minimnya investasi di sektor migas dan lambatnya transisi energi menjadi penyebab lifting kita stagnan dan cenderung turun terus.

Baca juga : Togog Gugat Konstitusi

Ingatan Romo Semar kembali ke zaman Mahabarata. Di mana terjadi persaingan politik antara Patih Gandamana dengan Harya Suman di Kerajaan Hastina. Kekerasan politik Hastina bukan saja menimbulkan jatuhnya banyak korban jiwa. Akan tetapi sebagai pemicu terjadinya perang besar antara Hastina melawan Prenggondani.

Kocap kacarito, Harya Suman dan kakaknya Dewi Gendari membuat kesepakatan jahat untuk melengserkan Prabu Pandu dan Patih Gandamana dari tampuk pimpinan Hastina. Gendari sakit hati cintanya ditolak oleh Pandu. Selain itu tahta kerajaan Hastina semestinya menjadi haknya suaminya Drestarastra. Karena Drestarastra cacat netro atau buta. Maka kekuasaan Hastina diberikan kepada adiknya Pandu.

Baca juga : Puasanya Begawan Ciptaning

Harya Suman memalsukan surat resmi dari Prabu Trembaka raja Prenggondani kepada Prabu Pandu. Surat yang tadinya berisi permintaan maaf tidak bisa sowan diganti menjadi surat tantangan perang. Harya Suman sengaja mengadu domba Trembaka dengan Pandu. Trembaka selama ini dikenal sebagai sahabat dan murid Pandu. Maka begitu membaca surat tantangan perang, Pandu sedikit banyak tidak percaya begitu saja. Maka diutuslah patih Gandamana untuk memastikan maksud surat dari Prenggondani.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.