Dark/Light Mode
- Pebulutangkis Muda Indonesia Syabda Perkasa Wafat Usai Kecelakaan
- Ini Sederet Prestasi Almarhum Syabda Perkasa Belawa
- Awal Pekan, Rupiah Masih Kurang Tenaga
- Dubes RI Untuk Inggris Desra Jamu Dan Semangati Tim Indonesia Di All England
- Incar Pasar Anak Muda, Bank Mandiri Relaunching Kartu Kredit Khusus Pegolf

Tausiah Politik
RM.id Rakyat Merdeka - Dalam kamus bahasa Arab paling lengkap, Lisan al- ‘Arab (15 jilid), kata fitrah (fithrah) diuraikan berasal dari akar kata fathara-yafthiru-fathran, yang berarti membelah, merobek, tumbuh, dan berbuka.
Dari akar kata yang sama, lahir kata fithrah, berarti sifat-sifat luhur yang merupakan karakter dasar yang dibawa sejak lahir, seperti dalam ayat: Fithrah Allah al-ladzi fathara al-nasa ‘alaiha (Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu/QS al- Rum/30:30).
Berita Terkait : Mendambakan Liqa` Allah (3)
Kita sering memopulerkan dua makna fitrah dalam pergaulan sehari-hari, terutama yang paling sering muncul dalam ucapan Lebaran, baik yang tercetak maupun yang dikirim langsung melalui media elektronik.
Di situ, kata “fitrah” sering dimaknai dengan karakter kesucian, yang diekspektasikan kepada mereka yang telah menunaikan amaliah Ramadan sebulan penuh.
Berita Terkait : Mendambakan Liqa` Allah (2)
Itu tidak salah, karena memang arti dasar fitrah berarti sesuatu yang suci, dan kesucian itu memang dijanjikan Allah SWT bagi mereka yang sudah melewati bulan suci Ramadan dengan melakukan berbagai macam upaya penyucian diri melalui berbagai amaliah Ramadan, seperti puasa, zakat, qiyamullail, i’tikaf, dan berbagai amal sosial seperti shadaqah, silaturrahim, memberi buka puasa, dan lain sebagainya.
Dalam hadis memang telah disebutkan: Barangsiapa yang berpuasa Ramadan dengan penuh keimanan dengan penuh kontemplasi, maka ia akan diampuni dosa-dosa masa lalunya.
Berita Terkait : Mendambakan Liqa` Allah (1)
Hadis ini menegaskan bahwa puasa Ramadan mengembalikan manusia kepada fitrahnya semula yang suci dan luhur. Karena itu ‘’Idul Fithr (fithrah)” berarti lahir kembali sebagai manusia baru tanpa dosa.
Namun, “’Idul Fithr” bisa juga berarti kembali berbuka (Arab: Fithr berarti sarapan pagi), setelah sebulan penuh berpuasa. Tanggal 1 Syawal memang umat Islam diharamkan berpuasa sebagaimana halnya Hari Raya ‘Idul Adha. (*)