Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Rekonsolidasi Strategi Kebudayaan Nasional (25)

Agama & Negara Saling Mewarnai

Jumat, 6 Januari 2023 06:18 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Agama dan negara dua sumber nilai yang saling mewar­nai satu sama lain. Bahkan idealnya keduanya diharapkan saling mengontrol satu sama lain. Agama sebaiknya selalu menampilkan fungsi kontrolnya terhadap negara agar tidak jatuh menjadi negara sekuler atau negara fasisme.

Namun, negara juga diharapkan menilki kekuatan kontrol terhadap penerapan ajaran agama agar tidak menjadi negara agama. Idealnya, kontrol antar keduanya sebaiknya terukur den­gan mengacu kepada kondisi obyektif bangsa.

Baca juga : Agama & Pancasila Saling Mencerahkan

Jika negara berada dalam kontrol ketat agama, maka ketika itu negara subordinasi dari agama dan menjadilah negara itu sebagai negara agama, seperti yang pernah ditampilkan sejumlah negara agama, seperti negara Republik Islam Iran, Pakistan, Afganistan, dan negara-negara lainnya.

Sebaliknya, jika negara mengontrol ketat agama, maka agama akan menjadi subordinasi kekuatan negara yang diwakili pemerintah. Jika ini terjadi, maka dikhawatirkan bisa terjadi dua hal.

Baca juga : Melting Pot Melahirkan Civil Society

Pertama, agama dirangkul dan dijadikan kekuatan legitimasi oleh penguasa untuk meraih loyalitas dan dukungan. Kedua, agama dijadikan target atau sasaran kebijakan, dan sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk memperoleh eksistensi dan pengaruh luas di dalam masyarakat, karena agama dianggap sebagai rival yang juga menuntut loyalitas masyarakat.

Ketika sebuah rezim memperalat agama sebagai kekuatan legitimasi untuk mengukuhkan kekuasaan, maka pada saat itu agama akan tampil dengan wajah garang. Ini mengingatkan kita ketika paruh pertama rezim orde baru yang mengontrol agama sedemikian kuatnya. Seolah-olah agama, menjadi bagian dari ancaman strategis nasionalisme yang perlu dimata-matai.

Baca juga : Pancasila Sebagai Melting Pot

Berbagai akronim menakutkan ikut mengambil bagian, seperti komando jihad, kelompok fundamentalis, aliran sesat, NII, dan akronim lainnya. Aktifis agama seringkali diperhadapkan dengan institusi negara yang menakutkan seperti Kopkamtib yang pernah memiliki kewenangan amat luas itu. Yang ideal sebenarnya ialah agama menjadi partner aktif pemerintah di dalam mewujudkan cita-cita NKRI.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.