Dark/Light Mode
- Dihajar Wakil Taiwan, Jojo Gagal Ulangi Prestasi Asian Games Jakarta
- Dugaan Korupsi Impor Gula Naik Penyidikan, Kejagung Geledah Kemendag
- Top! Insinyur PLN Indonesia Power Raih Anugerah Satyalancana Pembangunan
- Top! 2 Anak Perusahaan PHI Boyong Penghargaan Subroto Award
- Pertamina NRE-Pemprov Kaltim Siap Garap Proyek Ekonomi Hijau
Rekonsolidasi Strategi Kebudayaan Nasional (29)
Antara Politik Islam Dan Islam Politik

Tausiah Politik
RM.id Rakyat Merdeka - Agak sulit memang memisahkan antara politik Islam dan Islam politik. Nabi Muhammad Rasulullah SAW sebagai pemimpin umat dan sekaligus pemimpin bangsa luar biasa. Bukan hanya selalu sukses dalam medan perang tetapi juga selalu unggul dalam dunia diplomasi. Dalam dunia diplomasi ia seorang diplomat yang kawakan, disegani kawan dan musuh. Di medan perang ia juga sering tampil sebagai panglima angkatan perang dengan sangat mengesankan semua pihak. Ia seolah membawa dunia diplomasi dan dunia perang yang amat berbeda dengan masyarakat (Arab) sebelumnya, yang sering disebut masyarakat atau negara komunisme.
Baca juga : Negara Dan Aliran Sesat
Diplomasi Nabi ialah memanggil Suhael berdidkusi dengan Nabi. Setelah itu Rasulullah menerangkan kepada para sahabatnya, mengapa perjanjian itu diterima. Pertama pencoretan kata bismillahirrahmanirrahim dan kata Rasulullah memang masalah tetapi lebih besar akibatnya bagi umat Islam jika perjanjian itu ditolak, karena posisi umat Islam masih minoritas. Butir-butir perjanjian itu diterima agar kaum kafir Quraisy Mekah tidak ditahan di Madinah agar tidak ikut membebani ekonomi Madinah yang sudah dibanjiri pengungsi. Sedangkan orang Islam yang dibiarkan ditahan di Mekkah pasti akan berusaha menjalankan politik tertentu untuk memecah belah kekuatan kaum kafir Quraisy di sana. Alhasil, semua produiksi Rasulullah benar dan sahabat kemudian mengagumi kecerdasan Rasulullah SAW.
Baca juga : Memancasilakan Umat Beragama
Inilah politik Islam. Terkadang harus mundur selangkah untuk meraih kemenangan. Dalam posisi umat Islam masih miniritas tidak ada cara terbaik kecuali kooperatif dengan keiinginan mayoritas, demi menyelamatkan umat. Terkadang juga harus bersabar dan menanti saat yang tetpat untuk memulai sebiah strategi baru untuk mencapai kesuksesan menyeluruh. Politik Islam bukan untuk mentolerir jatuhnya korban hanya untuk mencapai kemenangan politik secara simbolis. Kemenangan substansial jauh lebih berharga ketimbang kemenangan simbolek. Untuk apa kemenangan simbolik jika substansi Islam tidak bisa diimplementasikan.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.