Dark/Light Mode

Rekonsolidasi Strategi Kebudayaan Nasional (20)

Mengapa Bukan Negara Islam?

Senin, 2 Januari 2023 06:20 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Pertanyaan sering dilontarkan di dalam generasi muda Islam Indonesia ialah kenapa dasar negara kita bukan Islam, dengan kata lain kenapa bukan negara Islam? Bukankah bangsa ini dihuni oleh umat Islam secara mayoritas mutlak? Kenapa yang dipilih Founding Fathers kita ialah negara Pancasila, bukannya Negara Islam, padahal kelompok Islam dan ulama di dalam forum ketika itu lebih dominan?

Persoalan kita sesungguhnya saat ini apa itu negara Islam? Apakah ada contoh negara Islam yang dapat dijadikan cermin rujukan? Menggunakan definisi “Negara Islam” sekarang menjadi sedemikian kabur ukurannya. Apakah yang akan diukur populasi penduduknya, eksistensi pemimpinnya, atau kekuatan pengaruh muslim di negeri itu? Apakah yang secara tekstual dalam konstitusinya menyatakan Islam sebagai Agama Negara, Negara Islam, atau hak-hak istimewa yang diberikan kepadanya? Lebih tidak jelas lagi jika populasi muslim disebuah negara berimbang dengan kelompok agama lain. Apakah prioritas ukurannya simbol atau substansi?

Baca juga : Negara Pancasila

Banyak Negara, secara simbolik sebagai Negara Islam (atau muslim) tetapi eksistensi syari’ahnya masih jauh dari maqashid al-syari’ah. Sebaliknya, ada negara tidak mengeksplisitkan Islam sebagai agama negara atau hakhak istimewa lainnya, tetapi substansi ajaran dan syari’ah dengan bebas dilakukan di sana.

Al-Mawardi dalam kitab Al-Ahkam al-Sulthaniyyah seolah menyederhanakan pengertian Kepala Negara itu sebagai: Khalifah al-nubuwwah fi hirasah al-din wa siyasah al-dunya (Kepala Negara ialah seorang pewaris Nabi untuk menjaga keutuhan agama dan kehidupan dunia). Sikap yang sama juga ditunjukkan Ibn Qayyim Al-Jauziyah di dalam Igatsah Allahfan, yang menganggap urusan keberadaan Kepala Negara dalam suatu Negara tidak masuk wilayah akidah dan ibadah, tetapi masuk di dalam wilayah ijtihadi manusia.

Baca juga : Antara Agama Negara, Negara Agama, Dan Negara Sekuler (2)

Di dalam Al-Qur’an sendiri pernah diisyaratkan ada sosok Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan non-muslim, yakni penyembah matahari (Q.S.Al Naml/Q.S.27:24), yaitu seorang perempuan bernama Ratu Balqis, dipuji di dalam Al-Qur’an sebagai: “pemilik pemerintahan superpower” (laha ‘arsyun ‘adhim/Q.S.27:23) dan negerinya dilukiskan dengan: “baldatun thayyibah wa Rabbun gafur” atau negoro kang lohjinawi, toto tentrem kerto raharjo. (Saba’/Q.S.24:15).
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.