Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Jahm Najafi, miliader dari Arizona Amerika, tertarik untuk mengambil alih klub Tottenham Hotspur. Ahli keuangan jebolan Universitas Harvard itu buta lapangan dan tidak tahu tentang regulasi sepak bola. Namun, dengan uang, dia dapat menguasai klub-klub bergengsi di Inggris. Publik pun tidak ambil pusing dengan masuknya pemilik klub baru tersebut. Yang jelas, Liga Primer Inggris sudah tidak sakral lagi. Sepak bola mau dikaitkan dengan urusan prestasi, politik dan bisnis, publik tidak peduli lagi.
“Beda dengan di sini, Mo. Rangkap jabatan ngurus sepak bola sedang ngetren,” celetuk Petruk, cengengesan. Romo Semar tidak tertarik untuk ikut mengomentari rangkap jabatan antara ngurus negara dan sepak bola. Semar sedang galau dengan dampak nyata dari perubahan iklim yang menyebabkan salah mongso. Akibat salah mongso, banjir bandang dan tanah longsor terjadi di mana-mana. Alam sedang tidak bersahabat dan perlu kewaspadaan untuk mencegah terjadinya bencana alam.
Baca juga : Adinia Wirasti, Santai Dianggap Kurang Terkenal
Seperti biasa, kopi pahit dan ubi rebus selalu setia menemani sarapan pagi Romo Semar. Sudah hampir sebulan ini, Dewi Kanestren menyajikan makanan kepada suaminya dengan rebusan dan tidak digoreng. Selain minyak goreng susah didapat di warung Klampis Ireng, makanan yang direbus lebih menyehatkan dan mengurangi kadar kolesterol. Kalaupun ada minyak goreng, harganya lebih mahal. Kepulan asap rokok klobot membawa ingatan Semar ke zaman Mahabarata, Ketika Duryudana ditegur Resi Bisma karena melakukan intervensi dan rangkap jabatan dalam ajang Pendadaran Siswa Sokalimo.
Kocap kacarito, Resi Bisma marah atas perilaku Kurupati atau Duryudana ikut cawe-cawe dalam liga pendadaran murid Padepokan Sokalimo. Adipati Drestarastra sudah menunjuk Pandita Durna untuk menguji kesaktian para muridnya yakni satria Pandawa dan Kurawa. Durna memiliki wewenang penuh untuk memimpin pertandingan Pandawa dan Kurawa. Karena Durna selama ini dipercaya sebagai guru para satria Pandawa dan Kurawa.
Bisma pantas marah kepada Duryudana. Karena Duryudana sebagai pangeran pati yang kelak bakal menggantikan bapaknya menjadi Raja Hastina, harusnya Duryudana paham aturan mainnya. Duryudana sebagai pemegang regulasi kerajaan, tidak boleh merangkap sebagai pemain.
Rupanya, Duryudana sudah tahu Kurawa bakal kalah oleh kesaktian Pandawa. Untuk itu, Duryudana melakukan intervensi untuk mengubah aturan main yang sudah disepakati bersama. Duryudana menempuh segala cara untuk dapat memenangkan pertandingan melawan Pandawa.
Baca juga : Capres Musra Mau Diapakan?
Di sisi lain, Karna anak seorang kusir Adirata dari Awangga, yang memiliki kesaktian memanah luar biasa. Kesaktian Karna seimbang dengan Arjuna. Namun, Karna tidak masuk golongan Kurawa maupun Pandawa. Menurut aturan yang ada, Karna tidak boleh ikut berlaga dan bertanding. Namun, dengan intervensi Duryudana, Karna dapat bertanding mewakili Kurawa melawan Pandawa.
“Duryudana menghalalkan segala cara untuk dapat mengalahkan Pandawa, Mo,” sela Petruk, membuyarkan lamunan Romo Semar. “Betul, Tole. Sebuah kemenangan harus melalui sebuah proses panjang. Bukan instan atau karbitan,” jawab Romo Semar, pendek. “Duryudana dengan cara licik dapat memenangkan pertandingan. Namun kelak Kurawa justru mengalami kekalahan dalam perang yang sesungguhnya. Yakni dalam Perang Baratayuda,” jawab Romo Semar sambil ngloyor. Oye
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.