Dark/Light Mode

Capres Musra Mau Diapakan?

Senin, 7 November 2022 06:40 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Menjelang 2024, proses penjaringan capres dan cawapres semakin ramai. Tidak hanya dilakukan parpol, penjaringan juga dilakukan para relawan. Salah satunya Musyawarah Rakyat alias Musra yang dikomandoi relawan Pro Jokowi alias Projo. Penjaringannya dilakukan dengan mendengarkan langsung suara akar rumput mengenai capres yang mereka idamkan untuk menjadi penerus Presiden Jokowi.

Projo dan kawan-kawannya terlihat sangat serius menggelar penjaringan ini. Acara musyawarah besar dengan melibatkan ribuan orang sudah digelar di beberapa provinsi. Uniknya, dalam tiga Musra yang sudah dilaksanakan, kandidat terkuat yang muncul berbeda-beda di setiap daerah.

Pada Musra pertama di Bandung, Jawa Barat, yang terkuat adalah Jokowi. Pada Musra kedua di Pekanbaru, Riau, urutan pertama diduduki Sandiaga Uno. Sementara pada Musra ketiga di Palembang, Sumatera Selatan, Prabowo Subianto jadi jawaranya.

Baca juga : Ngaku Relawan Tapi Recokin

Selain itu, muncul juga nama-mana lain yang biasa nangkring dalam survei-survei. Seperti Ganjar Pranowo, Erick Thohir, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Airlangga Hartarto, Puan Maharani, dan Andika Perkasa. Bahkan, muncul juga nama baru seperti Arsjad Rasjid, Moeldoko, Dudung Abdurachman, dan Dedi Mulyani.

Adanya Musra ini tentu membuat suasana menjelang Pilpres menjadi semakin semarak. Masyarakat, khususnya dari kalangan relawan, juga bisa semakin terbuka menyuarakan kandidat capres dan cawapres yang mereka harapkan.

Namun pertanyaan, setelah Musra ini selesai, dan didapat nama kandidat yang bakal didukung, mau diapakan calon tersebut? Sebab, yang punya hak untuk mengajukan capres-cawapres berdasarkan Undang-Undang Pemilu adalah parpol atau gabungan parpol yang memiliki 20 persen suara nasional pada Pemilu 2019 atau 25 persen kursi di DPR.

Baca juga : Prabowo Sedang Nunggu Apa?

Jika calon yang didapat di Musra sama dengan yang diajukan parpol atau gabungan parpol, tentu tidak menjadi masalah. Para relawan tersebut tinggal melimpahkan dukungan ke parpol tersebut. Namun, jika yang diajukan parpol-parpol tidak ada yang sama dengan hasil Musra, tentu hal itu menjadi soal. Hasil Musra bisa sia-sia.

Kondisi seperti ini sudah terjadi pada Pemilu 2014. Saat ini, Salahuddin Wahid menggelar Konvensi Rakyat. Ada tujuh kandidat yang ikut, di antaranya Rizal Ramli, Yusril Ihza Mahendra, dan Isran Noor. Namun, saat pendaftaran Capres, nama mereka menguap dan hilang. Nama-nama peserta Konvensi Rakyat tidak ada yang dilirik parpol.

Bahkan, konvensi yang digelar parpol pun bisa gagal. Seperti yang dilakukan Partai Demokrat di 2014. Saat itu, Demokrat bersusah payah mengangkat citra dengan menggelar konvensi capres. Namun, semua gagal total. Bahkan, Demokrat tidak berani untuk mengumumkan pemenang konvensi. â–  

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.