Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Laga Maut Menebar Duka

Senin, 3 Oktober 2022 06:20 WIB
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
Dalang Wayang Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Sepak bola merupakan game atau permainan. Bukan menang kalah tetapi sportivitas yang harus dijunjung tinggi dalam pertandingan tersebut. Peristiwa maut di Stadion Kanjuruhan, Malang, menyisakan duka mendalam. Indonesia sedang berduka, khususnya dunia sepak bola kita. Peradaban sepak bola modern selalu mengedepankan keselamatan pemain maupun penonton. Edukasi terhadap penonton dan peran “sicurity officer” perlu diterapkan segera dalam regulasi sepak bola. Hal ini untuk memitigasi risiko di lapangan.

Baca juga : Virus Korupsi Durga

“Mungkin karena mainnya malam hari, Mo. Sehingga jalan untuk keluar stadion gelap gulita,” celetuk Petruk, dengan muka sedih. Romo Semar tidak serta merta menjawab pernyataan anaknya Petruk. Romo Semar rupanya sedang galau dengan peristiwa yang menelan korban lebih dari seratus orang tersebut. FIFA sebagai organisasi sepak bola internasional menyatakan duka cita yang mendalam atas kejadian di Tanah Air.

Baca juga : Legacy Kepemimpinan Sang Ratu

Seperti biasa, singkong rebus dan kopi pahit selalu setia menemani sarapan pagi Romo Semar. Kepulan asap rokok klobot membawa ingatannya ke zaman Mahabarata, ketika perang Baratayuda sudah berlangsung selama 14 hari. Kocap kacarito, peraturan dan regulasi Baratayuda melarang berperang pada malam hari. Karena malam hari waktunya istirahat. Selain itu, perang pada malam hari memiliki risiko salah sasaran. Prabu Kresna tidak setuju perang Adipati Karna dan Gatotkaca digelar pada malam hari.

Baca juga : Di Balik Hacker Data Khayangan

Adipati Karna terpancing emosinya begitu dapat kabar pasukan Kurawa mengalami kekalahan. Senopati Pandawa lebih banyak menguasai lapangan. Sehingga banyak jatuh korban di pihak Kurawa. Prabu Duryudana murka melihat pasukannya keteter melawan Pandawa. Duryudana minta Adipati Karna maju menjadi senopati melawan Pandawa. Duryudana tidak sabar menunggu hari esok. Karna diminta maju perang pada malam hari. Duryudana tahu kalau Adipati Karna memiliki pasukan wadya raksasa yang bisa berperang pada malam hari.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.