Dark/Light Mode

Menggagas Fikih Siyasah Indonesia (75)

Nabi Sebagai Pengamat Sekaligus Politikus

Selasa, 15 Agustus 2023 06:10 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Sebuah hadis diriwayatkan oleh Abi Bakrah, Rasulullah bersabda: “Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan/kepemimpinan itu kepada perempuan”.

Hadis ini shahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Hadis ini menjadi kontroversi karena sering dijadikan legitimasi untuk menolak kepemimpinan perempuan. Apalagi jika dihubungkan dengan Q.S. al-Nisa’/4:32: “Laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan”.

Baca juga : Hidup-Matinya Sebuah Rezim dalam Al-Quran

Hadis ini sesungguhnya adalah pernyataan spontanitas Nabi lebih kepada kapasitasnya sebagai pengamat politik. Bukannya untuk menjadi sebuah doktrin ajaran. Hadis itu muncul ketika salahseorang sahabat Nabi memberitahukan Raja Kisru, Persia, meninggal dunia. Lalu Nabi menanyakan siapa penggantinya, kemudian dijawab putrinya. Saat itulah Nabi mengeluarkan pernyataan itu.

Nabi tahu persis Raja Persia (Kisra) yang tidak memiliki anak laki-laki. Mungkin Nabi juga memahami kapasitas anak perempuan yang ditunjuk untuk menggantikannya bukan sosok figur yang mumpuni untuk memimpin sebuah bangsa besar yang memiliki musuh bebuyutan, yaitu Romawi Bizantium di Barat. Nabi memahami itu karena ia sering berkorespondensi dengan Raja Persia dan Raja Romawi. Kedua negara adidaya ini selalu berperang dan saling mengalahkan satu sama lain.

Baca juga : Fikih Siyasah Kebhinnekaan (4)

Dalam posisi seperti itu, Raja Kisra wafat dan penggantinya seorang yang dianggap tidak capable, sementara kekuatan Romawi ketika itu sedang solid.

Dalam keadaan itu, Nabi mengeluarkan pernyataan di atas. Ternyata tidak lama setelah itu, Raja Persia mengalami kekalahan. Satu persatu wilayahnya diambil alih oleh kerajaan Romawi Bizantium.

Baca juga : Fikih Siyasah Kebhinnekaan (3)

Apakah hadis ini menjadi hujjah secara universal bahwa perempuan tidak boleh menjadi pemimpin? Jawabannya tergantung teori sabab wurud mana yang kita anut. Jumhur ulama sering lebih mengedepankan pemahaman secara teks sebuah dalil, bukannya menekankan historical backgroud sebuah peristiwa. Karena itu, jumhur ulama di sejumlah besar dunia Islam lebih mengedepankan laki-laki lebih utama yang harus menjadi pemimpin.

Akan tetapi sebagian di antara ulama menganggap bahwa hadis ini adalah hadis khusus dan tidak bisa dijadikan dalil secara umum di segala zaman.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.