Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Menggapai Kesejukan Beragama (12)

Perankan Tokoh Agama

Jumat, 27 September 2019 06:51 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam masyarakat religius peran tokoh-tokoh agama tak dapat disangsikan. Apalagi dalam masyarakat paternalistik seperti di Indonesia lebih penting lagi.

Ada ungkapan masyarakat mengikuti agama para tokohnya. Agama dalam kehidupan bernegara dalam NKRI ialah mencerahkan umat dan segenap warga negara.

Agama diarahkan untuk mendukung tujuan Negara tanpa harus mengenyampingkan prinsip-prinsip agama itu sendiri.

Dalam Negara NKRI, fungsi seperti ini sudah teruji selama puluhan tahun. Agama bisa berkontribusi untuk mewujudkan tujuan Negara tanpa menafikan substansi ajarannya sendiri.

Bahkan ajaran agama digunakan sebagai otifasi di dalam mempercepat proses pencapaian tujuan negara dan tujuan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

Baca juga : Jangan Hipokrit

Jika kita ingin melihat agama memegang peranan penting di dalam pembangunan bangsa, maka sekali lagi elit-elit agama sebaiknya difungsikan.

Salah satu fungsi tokoh agama ialah membantu menciptakan ketenangan, kedamaian, kearifan, keadilan, dan ketenteraman di dalam masyarakat.

Persoalannya sekarang, siapa yang sejatinya menjadi elit agama? Dia harus bertanggung jawab untuk mengaktualkan fungsi pencerahan agama di dalam masyarakat?

Efektif atau tidaknya sebuah agama mencerahkan dapat diukur bagaimana peran dan partisipasi tokoh dan pemeluk agama.

Jika agama semakin menyatu dengan pemeluknya, berati pencerahan agama efektif. Akan tetapi sebaliknya, jika agama dan pe-meluknya semakin berjarak, maka pertanda pencerahan agama itu tidak efektif.

Baca juga : Menziarahi Non Muslim

Apalagi nilai-nilai agama dan Negara berhadap-hadapan, sudah pasti ada sesuatu yang salah, menyalahi konsep dasar yang telah dirumuskan oleh the founding fathers kita.

Fenomena dalam kehidupan masyarakat juga bisa diukur, yaitu apa kata elit agama dan apa yang dilakukan pemeluknya?

Searah kah program-program yang diterapkan Negara dengan ajaran-ajaran dasar agama yang dianut di dalam masyarakat?

Jika masih berseberangan, misalnya jika program pembangunan Negara berseberangan dengan ajaran agama, atau sebaliknya, ajaran-ajaran agama tidak sejalan bahkan menjegal tujuan pembangunan negara, maka pada saat itu ada persoalan konseptual yang harus segera diatasi.

Jika tidak, maka keduanya bisa berhadap-hadapan yang pada saatnya akan membingungkan masyarakat.

Baca juga : Tidak Gampang Mengkafirkan Orang

Kenyataannya sedang terjadi fenomena yang tidak menggembirakan, paling tidak terdapat fenomena yang kontradiktif, di dalam masyarakat kita, hubungan antara agama dan pemeluknya.

Memang sedang terjadi kesemarakan beragama, tetapi tidak diikuti dengan penghayatan dan kedalaman makna. Akibatnya, sering kita menyaksikan adanya fenomena kepribadian ganda (split personality) bagi umat beragama, khususnya umat Islam.

Di kalangan umat Islam sedang berada di persimpangan jalan. Dalam urusan agama seolah mereka mengesankan agama terlalu dogmatis, sementara realitas sosialnya begitu rasional. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.