Dark/Light Mode

Reaktualisasi Tahun Baru Hijriyah (12)

Penyatuan Kalender Hijriyah Di Indonesia, Mungkinkah Terjadi?

Senin, 16 September 2019 06:32 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Penyatuan kalender hijriyah di Indonesia sebuah usaha yang amat penting. Langkah awal untuk penyatuan umat adalah melalui penyatuan kalender hijriyah.

Penyatuan kalender hijriyah bukan hanya penting bagi Indonesia tetapi juga umat Islam di Asia Tenggara.

Setiap kali menjelang Ramadhan tiba, kalangan pemimpin umat Islam di kawasan Asia Tenggara menanyakan kapan Indonesia mulai puasa, lebaran, dan tanggal 1 Zulhijjah, untuk selanjutnya menentukan hari raya Idul Adha 10 Zulhijjah.

Kelihatannya umat Islam di Asia Tenggara sangat mengharapkan kesatuan kalender hijriyah guna mewujudkan kesatuan dan keseragaman umat dalam menyelenggarakan hari-hari besar Islam.

Baca juga : Hijrah dari Inabah ke Istijabah

Kelihatannya mudah mempersatukan kalender Hijriyah di Asia Tenggara karena mayoritas umat Islam di kawasan ini menganut faham Ahlus Sunnah wal jama’ah, lebih khusus lagi pada umumnya menjadi pengikut mazhab Syafi’i dalam fikih Islam.

Bruney Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand Selatan, termasuk Indonesia, khususnya warga Nahdlatul Ulama.

Akan tetapi ternyata usaha itu mengalami sederet kesulitan yang tidak mudah diselesaikan. Itulah sebabnya mengapa sampai saat ini Indonesia belum memiliki keseragaman kalender Hijriyah.

Di Indonesia, ada dua ormas terbesar yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tentunya ditambah dengan sejumlah ormas-ormas Islam lainnya, masing-masing memiliki metode penentuan kalender hijriyah.

Baca juga : Hijrah Ibu Kota

Kalangan NU dan secara umum ormas Islam lainnya kecuali Muhammadiyah, menggunakan metode ru’yah (penyaksian bulan muda atau hilal) di dalam menetapkan kalender hijriyah.

Sedangkan Muhammadiyah sudah bersikukuh menggunakan metode hisab, yaitu sebuah metode yang mengandalkan perhitungan matematis terhadap pergerakan planet, khususnya bulan.

Sebenarnya ormas yang menggunakan metode ru’yah tidak menafikan metode hisab. Hanya saja mereka menggunakan metode ru’yah informasi utama, sedangkan hisab hanya dijadikan konfirmasi.

Sebaliknya Muhammadiyah juga menggunakan metode ru’yah sebagai konfirmasi dan hasil perhitungan.

Baca juga : Tak Terlalu Jauh Maknai Hijrah (2)

Pihak Lajnah Falakiyah NU dengan tegas menyatakan informasi utama yang menentukan awal bulan qamariyah ialah menyaksikan bulan purnama.

Jika pada sore hari dalam waktu yang menentukan ada yang menyaksikan bulan hilal, maka berarti sudah masuk bulan berikutnya. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.