Dark/Light Mode

Menggapai Kesejukan Beragama (2)

Kitab Suci: Membumi untuk Melangitkan

Rabu, 18 September 2019 07:07 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Membumi untuk melangitkan dimaksudkan untuk menjelaskan artikel terdahulu yang menguraikan bagaimana kitab suci dari Allah turun untuk memanusiakan manusia dan selanjutnya untuk melangitkan kembali umat manusia.

Tak seorang pun mengingkari bahwa Kitab Suci, khususnya Al-Qur’an berasal dari langit, yang menjadi dasar agama Islam.

Tidak salah jika Islam kemudian disebut sebagai agama langit (Al-Din Al-Samawy). Agama yang kitab sucinya diturunkan dari langit kemudian diturunkan ke bumi dalam dua proses penurunan, yang dikenal dengan cara al-inzal dan al-tanzil (lihat artikel terdahulu).

Sebagai agama langit yang diturunan ke bumi untuk dijadikan petunjuk kepada manusia sebagai sasaran agama tersebut, sudah barang tentu melalui proses tawar menawar antara sang subyek (agama) dengan sang obyek (manusia).

Baca juga : Langit Untuk Manusia

Pembumian ajaran sesungguhnya adalah bagian dari rahmat Tuhan untuk melangitkan kembali manusia.

Pembumian kitab suci mengandung konsekwensi manusia pada satu sisi memiliki potensi, otoritas, dan kapasitas tertentu yang juga semuanya berasal dari-Nya. 

Tetapi sisi lain manusia memiliki kekurangan yang prinsip sehingga mereka memerlukan bimbingan agar tidak jatuh terjerumus dengan kelemahan fundamental yang melekat pada dirinya.

Manusia dalam pandangan Islam bukan antroposentris, yang serba manusia, bukan juga teosentris yang serba Tuhan, tetapi manusia menurut Prof. S.H. Nasr, sebagai teomorfis, yaitu makhluk yang memiliki berbagai kelebihan tetapi memiliki kelemahan melekat pada dirinya sehingga masih tetap membutuhkan petunjuk Tuhan.

Baca juga : Penyatuan Kalender Hijriyah Di Indonesia, Mungkinkah Terjadi?

Karena itu, diturunkan kepadanya wahyu (Kitab) dan para Nabi untuk menjelaskan sekaligus mencontohkan pengamalan ba-gaimana petunjuk itu dilaksanakan.

Manusia tidaklah sepantasnya memaksa-kan kehendak agar manusia lain mengikuti petunjuk-Nya. Allah Swt tidak melakukannya dan para Nabi-Nya pun tidak melakukannya.

Bahkan Allah SWT menegaskan: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, (QS. Al-Qashash/28:56).

Dalam ayat lain Allah SWT menyindir orang-orang yang melampaui kapasitasnya, mau memaksakan keinginannya untuk dan atas nama agama: Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya.

Baca juga : Hijrah dari Inabah ke Istijabah

Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? (Q.S. Yunus/10:99). ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.