Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Menggapai Kesejukan Beragama (21)

Mencontoh Kenegarawanan Nabi (2)

Kamis, 10 Oktober 2019 07:05 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Bukan itu saja, Nabi juga sejak dini menerapkan program yang popular dengan nama Al-Ikha’, program persaudaraan secara permanen antara kedua kaum, yaitu melakukan perkawinan silang.

Para pemuda dan pemudi Anshar dikawinkan dengan para pemuda dan pemudi Muhajirin. Akhirnya kedua kaum ini menjadi satu kesatuan utuh karena dipersatukan oleh anak dan cucu mereka yang blasteran Anshar Muhajirin.

Beberapa kali Nabi tampil melerai ketegangan antar kabilah dan antar suku di kawasan Yatsrib dengan penuh kearifan.

Baca juga : Mencontoh Kenegarawanan Nabi (1)

Mulai dari persoalan tanah, oase (wadi) yakni mata air di tengah padang pasir, sengketa perbatasan, sampai kepada pencurian atau pengambil alihan binatang ternak oleh para pihak.

Kepiawaian Nabi sebagai negarawan terlihat dalam setiap kebijakan yang diambilnya. Seringkali ada kebijakan yang menentang atau ditentang oleh penduduk atau mayoritas tokoh dan para sahabatnya, seperti terlihat dalam perjanjian Hudaibiyah yang monumental itu.

Nabi bersedia menerima tawaran kafir Quraisy yang meminta orang-orang kafir Quraisy yang ditangkap di wilayah Madinah agar dilepas dan segera dikembalikan ke Mekah.

Baca juga : Harmonisasi Ulama dan Umara (2)

Sebaliknya, orang-orang Madinah yang ditangkap di Mekah dibiarkan ditahan di sana.

Belakangan diketahui bahwa orang-orang Islam yang ditawan di Mekah sibuk melakukan penguatan sisa-sisa umat Islam di Mekah dan pelepasan tawanan perang orang kafir di Madinah mengurangi beban ekonomi Madinah yang dipadati para pengungsi.

Sikap Nabi menerima permintaan orang kafir (Suhail) untuk mencoret Bismillahirrahmanirrahim dan kata Muhammad Rasulullah dalam naskah perjanjian itu kemudian diganti dengan bismikallahumma dan “Muhammad bin Abdullah” diterima Nabi.

Baca juga : Harmonisasi Ulama dan Umara (1)

Semula, hal itu diprotes para sahabat. Tetapi pada akhirnya sahabat kagum dengan keputusan Nabi tersebut.

Karena perjanjian itu tercipta gencatan senjata yang memberi kesempatan kepada Nabi untuk mengkonsolidasikan kekuatan berbagai faksi yang ada di Madina, yang berujung perebutan kota Mekah (fathu Makkah).

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.