Dark/Light Mode
Tausiah Politik
Sebelumnya
Laila adalah cahaya malam, Majnun adalah sebatang lilin. Laila adalah keindahan, Majnun adalah kerinduan. Laila menabur benih cinta, Majnun menyiraminya dengan air mata. Laila memegang cawan cinta, Majnun berdiri mabuk oleh aromanya.
“Aku bagaikan orang yang kehausan. Kau pimpin aku menuju sungai Eufrat, lalu sebelum sempat aku minum, kau menarikku dan kembali ke kawasan panas membara. Padang pasir yang tandus. Kau mengajakku ke meja jamuan, tapi tidak pernah mempersilakanku makan! Mengapa kau menampakkannya kepadaku di awal, jika tidak pernah berniat untuk membiarkan aku memiliki hartaku.?”
Baca juga : Penghayatan Baru Terhadap Lailatul Qadr (2)
Perhatikan juga syair pendek seorang pengantin baru yang takut kehilangan malam: “Ya laila thul, ya shubh qif!” (Wahai malam bertambah panjanglah, wahai subuh berhentilah).
Kedua syair di atas mengambil makna simbolik (majazi) dari lailah. Syair pertama lailah lebih ditekankan kepada makna siboliknya sebagai cinta yang sangat mendalam, keindahan, kepasrahan, keheningan, dan ketulusan.
Baca juga : Penghayatan Baru Terhadap Lailatul Qadr (1)
Syair kedua malam melambangkan kebahagiaan dan kemesraan yang amat mendalam sehingga takut dipisahkan oleh keringnya siang. Dalam Lisan al-‘Arab, kamus bahasa Arab paling standard (15 jilid), kata la ilah juga diartikan banyak arti. Selain berarti malam juga bisa berarti gelap, hening, dan bahkan salahsatu artinya ialah perempuan.
Artikel ini tayang di Harian Rakyat Merdeka Cetak, Halaman 5, edisi Jumat, 22 Maret 2024 dengan judul "Living Qur’an (11) Penghayatan Baru Terhadap Lailatul Qadr (3)"
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
