Dark/Light Mode

Living Qur`an (11)

Penghayatan Baru Terhadap Lailatul Qadr (3)

Jumat, 22 Maret 2024 05:36 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam perspektif tasawuf, nama-nama indah Tuhan bukan hanya menunjukkan sifat-sifat Tuhan, tetapi juga menjadi titik masuk (entry point) untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Setiap orang dapat mengakses dan mengidentifikasikan diri dengan nama-nama tersebut. Seseorang yang pernah berlumuran dosa lalu sadar, dapat menghibur diri dan membangun rasa percaya diri dengan mengidentifikasi diri dengan nama al-Gafur (Maha Pengampun) dan al-Tawwab (Maha Penerima Taubat), sehingga yang bersangkutan tetap mempunyai harapan dan tidak perlu kehilangan semangat hidup.

Salah satu bentuk kemahapengasihan Tuhan ialah menganugrahkan Lailatul Qadr di dalam bulan Ramadan (secara harfiyah: penghancur, penghangus).

Baca juga : Penghayatan Baru Terhadap Lailatul Qadr (2)

Setelah 11 bulan hambanya terasing di dalam kehidupan yang kering dan penuh dengan suasana pertarungan (power struggle), maka rahasia yang terkandung dalam Lailatul Qadr diharapkan mengajak kita untuk kembali ke kampung halaman rohani, yang basah, sejuk, lembut, dan damai.

Lailatul Qadr ibarat oase di tengah padang pasir, memberikan kepuasan batin kepada kafilah yang sedang berjalan menuju Tuhannya.

Lailatul Qadr adalah manifestasi dari rahmaniyah dan rahimiyah Tuhan yang tidak boleh disia-siakan terutama oleh para salikin.

Baca juga : Penghayatan Baru Terhadap Lailatul Qadr (1)

Kata Lailah al-Qadr diperoleh perdebatan yang sangat mendalam. Apakah kata lailah yang secara harfiah berarti malam atau menekankan maknah simbolik (majazi).

Dalam bahasa Arab, khususnya dalam syair-syair bahasa Arab, kata lailah bisa memiliki makna. Lihat saja sebuah novel fenomenal berjudul Laila Majnun, sebuah Novel sufistik yang ditulis oleh seorang sufi bernama Syekh Maulana Hakim Nidhami (1155-1223M).

Dalam Novel ini Laila memang nama putri seorang bangsawan tetapi kata la ilah diimajinasi sedemikian rupa sehingga lailah menyimpan makna cinta sedemikian dalam. Perhatikan cuplikan syair dalam buku tersebut:

Baca juga : Menggetarkan Hati Dengan Al-Qur`an

“Oh, lilin jiwaku. Jangan kau siksa diriku ketika aku mengelilingimu. Kau telah memikatku, merampas tidurku, akalku juga tubuhku.”
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.