Dark/Light Mode

Beragama Dalam Keberagaman (33)

Keberadaan Kepercayaan Kaharingan

Sabtu, 7 Desember 2024 05:36 WIB
Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA
Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Kepercayaan Kaharingan salah satu kepercayaan yang sering dimunculkan sebagai contoh agama lokal. Namun, bagi para pengikut kepercayaan ini menganggap jus­tru agama atau kepercayaan tertua dalam sejarah umat manusia ialah kepercayaan Kaharingan. Mereka mengklaim kepercayaan ini ada sejak Raying Hatalla Langit men­ciptakan alam semesta.

Mereka mengklaim kepercayaan Kaharingan sebagai agama Hello (lama/tua), agama Huran (kuno), atau agama Tato-hiang (agama nenek moyang). Mereka menolak kepercayaan Ka­haringan sebagai bagian dari agama Hindu, Budha, atau Islam, walaupun di dalam ajaran kepercayaan ini memiliki beberapa unsur kesamaan dengan ketiga agama tersebut.

Baca juga : Keberadaan ‘Aliran Kebatinan Perjalanan’

Hasil penelitian Kementerian Agama (2012) menemukan bahwa kepercayaan Kaharingan masih hidup dan dipertahankan secara turun temurun oleh orang-orang Dayak di Kalimantan. Peneliti ini menggunakan karya Tjilik Riwut dalam bukunya berjudul “Panatau Tatu Hiang” sebagai salah satu referensi di dalam menggambarkan masyarakat Dayak dan kepercayaan Kaharingan-nya.

Di dalam buku itu dijelaskan bahwa orang-orang Dayak berasal dari langit ketujuh lalu diturunkan ke bumi dengan menggunakan Palangka Bulau (tempat sesajian yang terbuat dari emas) oleh Raying Hatallah Langit (Allah). Semenjak 200 tahun SM lalu orang-orang Melayu datang ke Kalimantan membuat komunitas Dayak meninggalkan wilayah pan­tai dan masuk menyebar ke daratan.

Baca juga : Inti Kepercayaan Slam Sunda Wiwitan

Masyarakat Dayak memiliki sys­tem kekerabatan yang sangat kuat. Tercermin dari rumah adatnya yang besar, dimana dihuni oleh banyak keluarga dari satu marga. Rumah besar itu dibagi-bagi berdasarkan keluarga kecil dengan cara memetak bagian dalam rumah itu. Namun, di dalam waktu yang banyak mereka berinteraksi secara kental satu sama lain yang biasanya dipimpin oleh orang tua yang dituakan sekaligus pemimpin adat dan kepercayaan dalam lingkungan keluarga tersebut.

Semua bangunan rumah adat, mulai dari struktur, bentuk, tangga, pembagian ruang, sampai kepada penataan halaman dan pekarangan rumah diatur oleh adat. Di halaman depan rumah biasanya ada bangunan berupa patung berukuran tinggi disebut Sapundu yang berfungsi untuk tiang tambatan binatang yang akan dikorbankan dalam acara adat. Di halaman depan atau belakang masih ada bangunan lain disebut Sanndung yaitu tempat menyimpan kerangka keluarga yang telah meninggal dan telah dilakukan prosesi ritual bernama tiwah.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.