Dark/Light Mode

Etika Politik Dalam Al-Qur’an (15)

Tidak Boleh Menghina Dan Menelantarkan Non Muslim

Senin, 11 Februari 2019 10:15 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Dua kasus di atas cukup menjadi bukti bagaimana Nabi teladan umat Islam begitu ramah dan lembut memperlakukan orang-orang non muslim. Ibunya Asma’, sang mertua Nabi diminta untuk memperlakukan secara terhormat dan manusiawi kepada ibunya, sungguhpun ia seorang non-muslim. Bahkan Nabi meminta agar sering mendatangi untuk bersilaturrahim dengannya. 

Sekalipun berbeda agama, kalau kerabat tetap harus berprilaku baik dan respek terhadap mereka. Agama tidak boleh menjadi jarak antara satu sama lain. Yang penting di sini ada saling pengertian. Kisah kedua, nyata-nyata kelompok non-muslim yang bertamu kepada Nabi menunjukkan itikad kurang baik, mendoakan Nabi binasa, lalu ‘Aisyah membalasnya dengan kalimat sepadan. Nabi bukannya menegur tamu yang kurang terpuji itu tetapi malah menegur isterinya agar tetap bersikap lemah lembut terhaap tamu. 

Baca juga : Etika Terhadap Non-Muslim

Nabi menyadari betul apa arti kemanusiaan dan bagaimana cara menaklukkan jiwa yang keras. Nabi sering membalas orang yang selalu melancarkan serangan dengan cara-cara lembut, dan ternyata hasilnya sangat menakjubkan, orang-orang yang menyerang Nabi itu takluk dengan kelembutan Nabi.

Seandainya Nabi melawannya dengan kekerasan yang sama maka tentu tidak bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi. Itulah pelajaran kepribadian dari Nabi.  Jika setiap kekerasan dihadapi dengan kekerasan, jika setiap cemoohan dibalas dengan cemoohan, dan jika setiap penghinaan dibalas dengan penghinaan, maka ketegangan akan mewarnai kehidupan kita. 

Baca juga : Mengenal Siyasah Syar’iyyah

Kadang-kadang kita memang harus menempatkan diri kita sebagai “kakak” yang kadangkala harus mengalah terhadap “adik”. Jika ada orang menghina kita, anggaplah mereka itu “adik” dan kita sebagai “kakak”. Pada akhirnya sang adik akan lebih membutuhkan figur sang “kakak”. Yang menjadi masalah kalau tidak ada yang mau menjadi “kakak”, semuanya mau menjadi “adik”. 

Mari kita berupaya agar kita semua menjadi “kakak”, supaya kehidupan di dalam berbangsa dan bermasyarakat tenteram adanya. Perbedaan agama, kepercayaan, aliran, mazhab, dan ikatan primordial tidak boleh penghalang untuk menjalin silaturrahim satu sama lain.

Baca juga : Kebebasan Beragama Dan Berkeyakinan

Perbedaan yang terjadi di antara makhluk Allah SWT harus dianggap sebagai sunnatullah, yang tak boleh dibantah oleh siapapun. Perbedaan harus dianggap sebagai sebuah rahmat, kalua perlu kita merayakan perbedaan itu.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.