Dark/Light Mode
Etika Politik Dalam Al-Qur’an (27)
Menimbang Aspek Kontinuitas Dan Orisinalitas
RM.id Rakyat Merdeka - Sistematisasi Al-Qur’an yang turun bertahap sampai 23 tahun mengisyaratkan adanya unsur professional di dalam mendekati masyarakat manusia. Ayat-ayat yang turun di bagian awal dalam periode Mekkah berisi doktrin tauhid.
Disusul ayat-ayat yang turun di Madinah berisi ajaran Syari’ah dan sosial kemasyarakatan. Islam melestarikan tradisi positif dan menerima perubahan yang lebih produktif. Islam tidak dilahirkan di dalam ruang yang hampa budaya dan peradaban.
Baca juga : Belajar Dari Terobosan Nabi Yusuf
Islam lahir di dalam sebuah dunia yang sudah sarat dengan budaya dan peradaban. Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa ajaran Islam tidak pernah mengklaim sebagai perintis budaya dan peradaban yang sama sekali baru.
Ia bahkan dengan tawadhu dikatakan dalam hadisnya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia” (innama bu’itstu li utammim makarim al-akhlaq).
Baca juga : Berangkat Dari Asas Universal
Ia tidak pernah menolak budaya dan peradaban dari luar. Ia juga tidak pernah mematenkan budaya dan peradabannya yang yang dirasa positif untuk kemanusiaan.
Ia menyerukan untuk mengejar pengetahuan walau sampai ke tanah Cina (utulub al-‘ilm wa lau bis Shin). Ia juga mengatakan: “Hikmah (peradaban) adalah milik umat Islam, ambillah di manapun kalian temukan” (al-hikmah dhalah al-mu’min fahaitsu wajadaha fa huwa ahaq biha).
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.