Dark/Light Mode

TGB Zainul Majdi: Tak Usah Ada Pembakaran, Panji Rasul Cukup Dilipat Saja

Sabtu, 27 Oktober 2018 06:56 WIB
TGB Zainul Majdi: Tak Usah Ada Pembakaran,
Panji Rasul Cukup Dilipat Saja

RM.id  Rakyat Merdeka - Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi ikut prihatin atas kegaduhan sosial pasca pembakaran bendera panji Islam oleh oknum anggota Banser (Barisan Ansor Serba Guna) GP Ansor. Pimpinan Nahdlatul Wathan ini mengatakan, simbol bendera yang dibakar itu memang sudah ada sejak zaman Rasullulah. Ada beragam riwayat tentang panji Islam itu. Baik bendera yang berwarna dasar putih, hitam atau kuning. Kepada Rakyat Merdeka, TGB memberikan penjelasan sekaligus imbauannya kepada masyarakat, terkait peristiwa pembakaran bendera panji Islam tersebut.

Bagaimana Anda memandang peristiwa pembakaran bendera panji Islam yang dilakukan oleh oknum Banser itu? 

Kita semua harus jujur dengan apa yang terjadi. Ketika kita bicara tentang atribut bendera,tidak pas kalau semata kita bicara bahwa, wah itu kan bendera Rasul. Memang, sejak zaman Rasul, bendera itu sudah ada. Konteksnya jelas, dipakai sebagai penanda saat perang. Bukan bendera dalam pengertian yang kita pahami, seperti yang dimiliki oleh satu negara. Semua ulama sepakat, panji Rasul itu adalah bagian dari instrumen pengaturan dalam perang, agar anggota pasukan tahu di mana posisi rekan-rekannya.

Lantas menurut Anda apakah salah kalau bendera itu sekarang dikibar-kibarkan?

Sampai hari ini, saya cek di semua khazanah kitab-kitab hadist tentang perjalanan Rasul. Dari awal sampai akhir, saya belum pernah menemukan ada satu narasi terkait dengan bendera Rasul itu dikibar-kibarkan di Madinah dalam keadaan damai, biasa-biasa, lalu bendera masa perang dikibarkan. Bendera (Rasul) digunakan saat perang Badar, sebagai penanda ini tuh pasukan (Rasul). Saya bingung, kalau gitu, musuhnya siapa sekarang?

Baca juga : Saya Ingin Kasus Dilanjutkan, Makanya Penyidik Berani Keluarkan SPDP

Tapi saat ini masyarakat telanjur menilai pembakaran bendera sebagai pelecehan terhadap Islam. Bagaimana itu?

Tidak bisa begitu saja kita bicara, wah ini melecehkan. Pada prakteknya, kalaupun ada,itu panji pada saat perang. Dan seperti yang berulang kali saya sampaikan, Indonesia adalah tempat di bumi Allah yang paling aman dan damai. Banyak perbedaan yang luar biasa, tapi dipersatukan diikat semangat kebangsaan. Sesama anak bangsa adalah saudara. Indonesia bukan medan perang.

Jadi, Anda menilai pembakaran bendera itu insiden biasa saja?

Tidak begitu juga. Dalam situasi apa pun, menurut saya, tidak usah ada pembakaran karena pasti ada kontroversi. Dilipat saja, lalu serahkan pada penegak hukum. Kalau ada proses hukum yang dirasa perlu, silakan diproses.

Anda setuju Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) disebut organisasi terlarang di Indonesia?

Baca juga : Ancaman Negara Kita Saat Ini Tidak Terlihat, Tapi Masif, Yakni Cyber Attack

Ketika kita bicara tentang satu kelompok tertentu yang sering menggunakan bendera itu, kelompok itu tidak hanya dilarang di Indonesia. Kelompok itu dilarang di Turki, Saudi, Mesir, dan mungkin lebih 20 negara. Apakah itu berarti pemerintah Turki anti-Islam? Apakah itu berarti pemerintah Saudi anti-Islam? Mesir anti-Islam? Ketika melarang kelompok itu, untuk ada di situ, saya pikir bukan. Jadi, kenapa dilarang, pasti ada alasan objektifnya.

HTI muncul dengan gagasan khilafah di Indonesia. Bagaimana Anda memandang konsepsi khilafah di Indonesia? 

Saya tidak mendukung ide khilafah. Islam tidak memerintahkan satu sistem pemerintahan tertentu, namun memberi panduan nilai-nilai mulia yang harus terwujud dalam sistem apa pun. Sistem republik demokratis yang disepakati dalam NKRI, tak kalah valid dan sah dibanding sistem khilafah. Pertama, karena ini hasil kesepakatan kita semua. Kedua, karena nilai-nilai dasar yang diperjuangkan Islam telah ada. Utamanya nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, syura dan keadilan. Tinggal bagaimana kita mengimplementasikan nilai-nilai itu dalam kehidupan berbangsa.

Jadi, NKRI dan khilafah tidak pas jika dibandingkan?

Ada kaidah yang mengatakan, al-maslahah al-mutahaqqiqah an-naajizah muqaddamah ‘alal maslahah al-mustaqbalah almarjuhah.
Maslahat nyata, jelas dan telah terwujud, didahulukan di atas maslahat prediktif yang belum terwujud. NKRI ini konkret, nyata, jelas, dan sudah terbukti menjadi rumah kita semua. Ini juga rumah berislam yang paling nyaman di dunia. Namun tentu saja cinta NKRI adalah satu hal, sedangkan membakar bendera yang bertuliskan kalimat tauhid adalah hal lain.  Urgen kita sadari bahwa semua anarkisme akan menghilangkan keadaban publik. Tahan diri, perbanyak silaturahmi.

Baca juga : Banteng Makin Nendang

Nilai penting kalimat tauhid itu apa sih?

Kalimat tauhid adalah bagian dari dua kalimat syahadat bagi seorang muslim. Itu adalah persaksian di dunia dan akhirat, yang di dalamnya ada dua asma  termulia. Asma Allah tujuan manusia kembali, dan asma Rasul yang syafaatnya diharapkan nanti. Muliakan asma-asma itu dengan tidak menjadikannya tameng mencari kekuasaan.

Masyarakat menyesalkan pelaku pembakaran telah dilepaskan polisi. Anda sendiri bagaimana?

Saya berharap, kejadian itu ditangani dan dijelaskan dengan baik kepada publik. Saya percaya, penegak hukum kita mampu menghadirkan esensi keadilan lahir dan batin. [GO]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.